Peluncuran Jamu Klinik berlangsung pada Selasa (15/2/2022) yang dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan.
BARISAN.CO – Pembangunan sumber daya masyarakat dalam aspek ekonomi serta melalui jalur kewirausahaan merupakan salah satu solusi dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19. Salah satu bentuk respon masyarakat Jakarta dalam aspek kesehatan dan ekonomi yang ingin dilakukan Indonesia Resilience (IRES) berkolaborasi dengan Lee Kuan Yew Centre for Innovative Cities (LKYCIC) dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) adalah dengan membangun program Pelayanan Kesehatan Komunitas serta Keterampilan Wirausaha dan E-Commerce, yakni Jamu Klinik.
Indonesia Resilience (IRES) sendiri adalah wadah berpikir yang fokus pada penelitian dan aktivisme sosial untuk memberdayakan masyarakat marginal khususnya untuk mendidik dan mengimplementasikan narasi & mentalitas ketahanan untuk mencapai pengurangan risiko bencana.
Bagi masyarakat Indonesia, jamu sering kali digunakan sebagai obat herbal tradisional yang berasal dari bahan-bahan alami seperti akar, kulit kayu, bunga, biji, daun dan buah. Jamu digunakan untuk mengobati, meredakan maupun menyembuhkan berbagai macam penyakit.
Masyarakat Indonesia beranggapan, jamu juga sebagai paliatif untuk mengatasi beberapa gejala virus. Selain itu, jamu menjadi bagian dari komoditas herbal yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Konsep jamu klinik berbasis komunitas ini telah hadir di penghujung tahun 2019 dan telah dibicarakan oleh warga, aktivis, akademis, pemerintah daerah, dan organisasi non-pemerintah sebagai upaya alternatif untuk menghadapi varian virus serta dampak pandemi COVID-19 terutama di Jakarta.
Ide yang diinisiasi oleh IRES dan SUTD ini guna mengangkat pembangunan fasilitas kesehatan preventif berbasis pengobatan tradisional seperti Jamu. Kegiatan ini akan dilaksanakan di Kelurahan Petamburan yang merupakan sebuah kampung kota di Jakarta Pusat. Pelaksanaan kegiatan tersebut akan menjangkau aspek pengelolaan tumbuhan serta produksi ekstrasi jamu, yang nantinya akan dikelola bersama oleh masyarakat setempat.
“Menurut kami, program ini adalah salah satu tools terbaik untuk membangun Resilient Community, dari sini kita bisa mengembangkan pengetahuan, peningkatan kapasitas, dan mengarahkan perubahan perilaku yang lebih sehat namun terjangkau. Ketika komunitas masyarakat sudah memiliki modal ekonomi dan kesehatan yang dikelola secara bersama, maka komunitas itu sudah memiliki resiliensi untuk menghadapi bencana maupun situasi darurat apapun.” ujar Kepala Divisi Riset dan Program IRES, Nazula Zulkifli pada Selasa (15/2/2022).