Scroll untuk baca artikel
Blog

Ramai-ramai Pemimpin Dunia Minta Maaf Karena Corona

Redaksi
×

Ramai-ramai Pemimpin Dunia Minta Maaf Karena Corona

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CODunia belum selesai dibuat menderita oleh virus Corona. Secara global, sudah lebih dari 100 juta orang terkonfirmasi positif Covid-19 per Januari 2021. Angka itu tampaknya masih akan terus bertambah ugal-ugalan dalam waktu yang belum dapat ditentukan.

Sejumlah besar negara masih berjuang melewati pandemi gelombang pertama. Sebagian sudah terbebas, tapi kembali menderita karena kemunculan gelombang-gelombang berikutnya.

Negara-negara seperti Amerika Serikat, India, Brasil, dan Inggris, telah mencatatkan diri sebagai daftar teratas jumlah kasus positif. Tampak, betapa tidak ada satupun pemerintah negara yang siap menghadapi virus ini, baik itu negara maju ataupun negara berkembang.

Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, bahkan menyatakan permintaan maaf terhadap rakyatnya secara terbuka. Ia mengakui, dan merasa bertanggung jawab, terhadap persebaran pandemi yang makin di luar kendali pemerintahannya.

Namun bukan cuma PM Boris Johnson yang melakukan demikian. Berangsur-angsur, para pemimpin dunia mulai secara ksatria menyatakan permohonan maafnya, atas nama kemanusiaan dan hilangnya nyawa rakyat yang seharusnya mereka lindungi.


Boris Johnson

“Saya sangat menyesal atas setiap nyawa yang telah hilang dan, tentu saja, sebagai Perdana Menteri, saya bertanggung jawab penuh atas semua yang telah dilakukan pemerintah.”— PM Inggris Boris Johnson, dikutip dari Telegraph.

Dalam satu konferensi pers di kantornya, beberapa hari lalu (26/1), lebih dari sekali PM Boris Johnson mengucap ‘sangat menyesal’. Ia merespons total angka kematian akibat Covid-19 yang pada hari itu mencapai 100 ribu nyawa.

Selain meminta maaf, Boris Johnson juga berjanji mencarikan solusi atas masalah varian baru Covid-19 dan lockdown yang melumpuhkan perekonomian Inggris.


Kim Jong Un

“Meskipun saya dipercayai tanggung jawab penting memimpin negara ini, dengan menjunjung tinggi perjuangan kamerad Kim Il-sung dan Kim Jong-il, berkat kepercayaan semua orang, upaya dan ketulusan saya belum cukup menyingkirkan rakyat dari kesulitan hidupnya.”— Pimpinan Korut Kim Jong Un, dikutip dari the Guardian.

Diucapkan di ibu kota Korea Utara, Pyongyang, dalam sebuah parade peluncuran rudal balistik, pidato maaf Kim Jong Un dibumbui kata-kata tidak menyenangkan seperti ‘tantangan berat’, ‘cobaan tak terhitung jumlahnya’, dan ‘bencana yang belum pernah terjadi’.

Sekali ia tertangkap menyeka air mata. Kim Jong Un tampak sangat emosional saat meminta maaf atas kegagalannya membimbing negara melalui masa-masa sulit yang diperburuk oleh wabah virus Corona.


Yoshihide Suga

“Adalah tugas pemerintah untuk menetapkan sistem kesehatan yang dapat memastikan tidak satupun warga yang meninggal dalam perjalanan ke rumah sakit. Sebagai orang yang bertanggung jawab (atas tugas pemerintah) saya meminta maaf.”— PM Jepang Yoshihide Suga, dikutip dari NHK.

Perdana Menteri Yoshihide Suga menyatakan permintaan maafnya atas kegagalan pemerintah Jepang memberikan layanan kesehatan dan perawatan medis yang memadai ketika Jepang dihadapkan gelombang ketiga penularan Corona.

Suga, di hadapan parlemen, (26/1), menyatakan itu setelah seorang oposisi mengkritik banyaknya pasien corona meninggal tanpa mendapat perawatan akibat rumah sakit penuh. Beberapa nyawa bahkan tidak tertolong saat sedang dilarikan ke rumah sakit.


Scott Morrison

“Pada hari-hari ketika sebuah sistem gagal, pada hari-hari ketika harapan-harapan tidak terpenuhi, saya sangat menyesal tentang hal itu, tentu saja … Setiap orang yang terlibat proses dalam mencoba memenuhi harapan tersebut sama-sama menyesal.” — PM Australia Scott Morrison, dikutip dari ABC Australia.

Pernyataan sesal PM Morrison diutarakan sekitar Agustus 2020, saat banyak lansia Australia meninggal lebih cepat sebab virus Corona.

Dari total kematian sebanyak 375 yang ada pada saat itu, 200 di antaranya adalah lansia.


Reuven Rivlin

“Saya menyadari bahwa kami belum banyak melakukan apa-apa sebagai pemimpin yang pantas mendapat perhatian Anda. Anda percaya kami, dan kami mengecewakan Anda.” — Presiden Israel Reuven Rivlin, dikutip dari Times of Israel.

Dalam pidatonya itu (15/9/2020), Rivlin mengaku memahami kecemasan yang dirasakan warga Israel akibat penerapan lockdown kedua kalinya. Namun, saat itu Israel telah sampai pada 5.523 kasus baru dalam sehari, dan Rivlin menyatakan permohonannya untuk bersama-sama di rumah saja.

Rivlin juga meminta maaf karena sempat melanggar protokol kesehatan berkerumun. Ia kedapatan merayakan Hari Paskah bersama salah satu putrinya saat penerapan jam malam yang ketat di Israel.


Andrej Babis

“Saya minta maaf atas pembatasan yang akan berdampak pada kehidupan pemilik bisnis, warga negara, karyawan. Saya juga minta maaf karena secara de facto mengesampingkan kemungkinan hal ini terjadi karena saya tidak dapat membayangkan hal ini akan terjadi.” — PM Republik Ceko Andrej Babis, dikutip dari CNN.

Babis mengakui bahwa dia dan pemerintahnya telah melakukan kesalahan dalam menangani wabah. Ia memohon kepada orang-orang untuk mengikuti aturan penguncian yang ketat.

Hari itu, 22 Oktober 2020, Ceko mulai membatasi pergerakan masyarakat dan menutup layanan dan toko yang tidak penting hingga 3 November 2020.


Angela Merkel

“Maaf, saya benar-benar minta maaf dari lubuk hati saya. Jika harga yang kita bayar adalah 590 kematian sehari maka itu, menurut saya, tidak dapat diterima … Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk memastikan bahwa tidak lagi mengalami pertumbuhan (angka kematian) eksponensial.” — Kanselir Jerman Angela Merkel, dikutip dari Newsweek.

Angela Merkel, lewat sebuah pidatonya tanggal Rabu 9 Desember 2020 itu, menginginkan pembatasan keras sampai Natal tiba, setelah jumlah kematian di Jerman mencapai rekor harian hampir 600 orang.