Scroll untuk baca artikel
Blog

Ramai-ramai Pemimpin Dunia Minta Maaf Karena Corona

Redaksi
×

Ramai-ramai Pemimpin Dunia Minta Maaf Karena Corona

Sebarkan artikel ini

Dari total kematian sebanyak 375 yang ada pada saat itu, 200 di antaranya adalah lansia.


Reuven Rivlin

“Saya menyadari bahwa kami belum banyak melakukan apa-apa sebagai pemimpin yang pantas mendapat perhatian Anda. Anda percaya kami, dan kami mengecewakan Anda.”

— Presiden Israel Reuven Rivlin, dikutip dari Times of Israel.

Dalam pidatonya itu (15/9/2020), Rivlin mengaku memahami kecemasan yang dirasakan warga Israel akibat penerapan lockdown kedua kalinya. Namun, saat itu Israel telah sampai pada 5.523 kasus baru dalam sehari, dan Rivlin menyatakan permohonannya untuk bersama-sama di rumah saja.

Rivlin juga meminta maaf karena sempat melanggar protokol kesehatan berkerumun. Ia kedapatan merayakan Hari Paskah bersama salah satu putrinya saat penerapan jam malam yang ketat di Israel.


Andrej Babis

“Saya minta maaf atas pembatasan yang akan berdampak pada kehidupan pemilik bisnis, warga negara, karyawan. Saya juga minta maaf karena secara de facto mengesampingkan kemungkinan hal ini terjadi karena saya tidak dapat membayangkan hal ini akan terjadi.” — PM Republik Ceko Andrej Babis, dikutip dari CNN.

Babis mengakui bahwa dia dan pemerintahnya telah melakukan kesalahan dalam menangani wabah. Ia memohon kepada orang-orang untuk mengikuti aturan penguncian yang ketat.

Hari itu, 22 Oktober 2020, Ceko mulai membatasi pergerakan masyarakat dan menutup layanan dan toko yang tidak penting hingga 3 November 2020.


Angela Merkel

“Maaf, saya benar-benar minta maaf dari lubuk hati saya. Jika harga yang kita bayar adalah 590 kematian sehari maka itu, menurut saya, tidak dapat diterima … Kita harus melakukan semua yang kita bisa untuk memastikan bahwa tidak lagi mengalami pertumbuhan (angka kematian) eksponensial.” — Kanselir Jerman Angela Merkel, dikutip dari Newsweek.

Angela Merkel, lewat sebuah pidatonya tanggal Rabu 9 Desember 2020 itu, menginginkan pembatasan keras sampai Natal tiba, setelah jumlah kematian di Jerman mencapai rekor harian hampir 600 orang.

Hari itu, Merkel meneteskan air mata dan tampak emosional ketika mengucap permintaan maafnya. []