Scroll untuk baca artikel
Blog

Reformasi Repot

Redaksi
×

Reformasi Repot

Sebarkan artikel ini

SETIAP niat rakyat didengar Tuhan dan dipercaya. Prakteknya bisa melalui percepatan tidak terkira.

Itulah hukum demokrasi. Tuhan yang dengan kepastiannya menentukan.

Kala Soekarno mewakili rakyat untuk merdeka, niatnya adalah revolusi. Menurut hukum demokrasi, revolusi itu ibarat mencabut pohon seakar-akarnya. Maka, alami prakteknya.

Betapa sulit, seperti kata pemimpin besar revolusi: berdiri di atas kaki sendiri.

Setelah revolusi, kita meniatkan reformasi. Itu tidak lagi sulit, tapi repot. Hukum demokrasi mengatakan, reformasi itu ibarat mencabuti rumput di dalam hutan.

Revolusi telah menemukan jalannya sendiri. Kini, reformasi akan mencari dirinya sendiri.

Lihatlah percepatan dari niat itu, prakteknya berlangsung di setiap tubuh dan badan. Sungguh tak terkira.

Tuhan telah mendengar niat kita, dan kita yang menjalani hidup kita atas niatan kita.

Ya, Tuhan, aku melihat diriku sendiri, hari-hari ini. Begitu repot jadinya. Baru sadar aku apa pesan Gus Dur: begitu saja kok repot…

 O, tubuh Sambo dan badan polisi.
 Sungguh tak terkirakan.
 Sesudah ini, siapa dan apa lagi?***