Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

Rendahnya Produksi Tanaman Pangan Indonesia

Redaksi
×

Rendahnya Produksi Tanaman Pangan Indonesia

Sebarkan artikel ini

Oleh: Awalil Rizky, Ekonom Bright Indonesia

KECUKUPAN pangan bagi seluruh rakyat merupakan bagian penting dalam fundamental ekonomi suatu negara. Kecukupan pangan memang tidak selalu merupakan hasil produksi sendiri, dapat pula dibeli dari negara lain. Akan tetapi bagi negara seperti Indonesia, harus mampu dipenuhi atau sekurangnya sebagian besar dicukupi oleh produksi dalam negeri sendiri. Alasannya, Indonesia memiliki jumlah penduduk yangsangat banyak, serta memiliki lahan yang cukup luas dan subur.

Produksi pangan yang tidak mencukupi bagi negara seperti Indonesia akan menyulitkan pembangunan ekonominya. Pengembangan sektor-sektor ekonomi lainnya akan lebih terkendala antara lain karena nilai lebih produksinya yang berupa devisa hasil ekspor, harus dialokasikan untuk membeli pangan.

Ketergantungan pangan kepada negara lain tidak jarang menjadi persoalan yang lebih menyulitkan ketika kondisi ekonomi dunia memburuk. Pasokan pangan dunia termasuk yang mudah bergejolak. Harganya pun demikian, bisa melonjak dalam waktu singkat. 

Hal itu telah lama disadari oleh para ahli dan pemerintahan semua era. Berbagai kebijakan ekonomi strategis dijalankan agar produksi pangan terus meningkat. Baik yang diproduksi oleh sektor tanaman pangan, sektor peternakan, maupun sektor perikanan.

Para ahli telah lama menyampaikan pandangan bahwa banyak tanaman pangan sangat potensial dikembangkan di Indonesia. Kementerian Pertanian hingga kini mengedepankan beberapa komoditas tanaman pangan utama dengan menyajikan data perkembangan produksinya tiap tahun. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan yang secara khusus menanganinya pun telah lama dibentuk.

Faktanya kemudian ternyata pertumbuhan sektor tanaman pangan selalu lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa dekade terakhir. Akibatnya, porsi produksinya makin kecil dalam struktur Produk Domestik Bruto (PDB). Nilai subsektor tanaman pangan pada PDB harga berlaku pada tahun 2021 hanya sebesar Rp440,67 Triliun atau memiliki porsi sebesar 2,60%.

Subsektor Tanaman Pangan selama periode tahun 2011-2022 hanya tumbuh rata-rata sebesar 1,23% per tahun. Lebih rendah dibanding rata-rata pertumbuhan sektor pertanian keseluruhan (3,38%) dan pertumbuhan ekonomi (4,58%). Bahkan, sempat mengalami kontraksi pada beberapa tahun, seperti: tahun 2019 (-1,73%), 2021 (-1,56%), dan 2022 (-2,17%).

Produksi Beberapa Komoditas Tanaman Pangan

Perkembangan yang tidak menggembirakan dalam nilai PDB sektor tanaman pangan terkonfirmasi pula dengan data perkembangan produksi fisik beberapa jenis komoditas utamanya. Antara lain: padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah dan kacang hijau.

Produksi Padi tahun 2022 dilaporkan sebesar 55,67 juta ton. Sedikit meningkat dibanding produksi tahun 2019-2021. Akan tetapi masih lebih rendah dari produksi tahun 2018 yang sebesar 59,20 juta ton.

Produksi Jagung sempat mengalami peningkatan signifikan selama dua periode tahun 1993 sampai dengan tahun 2017. Produksinya sempat turun pada tahun 2018, namun kembali meningkat pada tahun 2019 sampai dengan tahun 2021. Produksi Jagung sebesar 23,04 juta ton pada tahun 2021. Akan tetapi, tingkat produksi ini masih lebih rendah dibanding tahun 2016 dan 2017. 

Produksi Ubi Kayu sempat mengalami stagnasi dan bahkan cenderung turun pada kurun tahun 1993-2002. Produksinya cenderung meningkat selama kurun tahun 2002-2012. Produksi tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang mencapai 24,18 juta ton. Tren penurunan produksi kemudian terjadi pada kurun 2014-2019. Produksi terendah dialami pada tahun 2019 yang hanya sebesar 13,42 juta ton. Sedangkan produksi pada tahun 2021 mencapai 15,73 juta ton.