Scroll untuk baca artikel
Blog

Rese(si), Kereta Cepat dan Zaman Malaise

Redaksi
×

Rese(si), Kereta Cepat dan Zaman Malaise

Sebarkan artikel ini

Ditambah lagi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyatakan Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan diteruskan sampai Surabaya. Pernyataan ambisius itu tidak tepat diucapkan ke publik yang hidup sulit ditambah terlilit utang pinjol. Sementara Kereta Cepat Jakarta-Bandung saja pembangunannya tersendat lantaran tergantung pada duit APBN, tidak seperti janji di awal.

Belum lagi sang menteri membumbuinya dengan pernyataan bahwa Indonesia menjadi negara pertama yang memiliki kereta cepat di Asia Tenggara. Sementara pada saat bersamaan justru Laos lebih duluan mengoperasikan kereta cepatnya. Sudah mengklaim, ambisius dan salah pula. Sempurna!

Kereta cepat kalau bukan ambisi mercusuar dan prestise, apalagi? Sementara masyarakat selama ini untuk pergi ke Bandung atau ke Surabaya banyak pilihan moda alternatif dan sudah sangat nyaman, bus, keret api, dan pesawat terbang. Untuk apa cepat dan berbiaya tinggi bila tidak bisa menikmati alam Indonesia.

Padahal masyarakat naik kereta selama ini selain romantisme juga menikmati pemandangan dan aktivis marhaen di sepanjang perjalanan. Itulah yang selama ini bisa dinikmati ketika naik bus atau kereta Jakarta-Bandung atau Jakarta-Surabaya.

Apa yang dikejar dengan kecepatan absurd seperti itu. Toh sekarang masyarakat, pekerja atau pengusaha, bisa bekerja lewat smartphone dan laptop? Kereta cepat tidak ada artinya!

Negeri ini memang absurd!