Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Review Film Yuni: Kenapa Orang Masih Percaya Takhayul?

Redaksi
×

Review Film Yuni: Kenapa Orang Masih Percaya Takhayul?

Sebarkan artikel ini

Awal mulanya, takhayul lahir sebagai cara untuk mengatasi ketidaktahuan dan ketakukan dari hal yang asing. Meski tidak adanya bukti atas takhayul yang berkembang, beberapa orang masih memercayainya.

Selama pandemi Covid-19 saja, takhayul baru muncul di seluruh dunia. Hal itu juga terjadi di tanah air, seperti kalung kayu putih, nasi kucing, hingga doa qunut tahun lalu. Anehnya, takhayul macam itu dilontarkan oleh pejabat pemerintah yang tidak didasarkan oleh sains.

Dalam buku Theological-Political yang diterbitkan secara anonim menuliskan jika manusia dapat mengatur semua urusan dengan rencana yang pasti atau jika keberuntungan selalu menguntungkannya, tidak akan ada seorang pun yang berada dalam cengkeraman takhayul.

Argumen untuk mendeteksi kesalahan dan mengoreksi takhayul perlu untuk dilakukan. Terkadang, masalahnya bukan karena orang kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mengenalinya, tetapi karena mereka tidak mampu atau tidak mau untuk memperbaikinya.

Budaya dan sejarah manusia tidak bisa dipisahkan. Tak jarang, kita terjebak di dalam masyarakat yang begitu memercayai hal yang sebenarnya tidak benar. Dalam ajaran agama Islam sendiri, dilarang orang yang memercayai takhayul dan digolongkan musyrik. Begitu juga dengan Gereja Katolik Roma menganggap takhayul sebagai dosa karena kurangnya kepercayaan pada ilahi dan termasuk pelanggaran.

Meski takhayul sering kali tidak berbahaya, bukankah kita sudah punya banyak alasan untuk pelan-pelan meninggalkannya? [dmr]