Betapa sebagai laki-laki ia selalu ingin memeluk tubuh selain isteri. Karena isteri baginya sudah menjadi seperti saudara sendiri. Pernah ia memeluk tubuh Sekretaris yang selalu seperti swike rebus, berokmini sekilan di atas dengkul.
Membuat matanya menempel di mejanya, melihat rok mini yang lenyap terbawa duduk. Dan saat Si Sekretaris semlohe duduk dipangkuannya itulah, anaknya masuk seperti sengaja menjebak dengan permintaan perangkat band.
TIDAK ada yang berubah. Juga televisi yang dihidupkan sepanjang hari, mengeluarkan tayangan. Berita, bahkan hiburan, orang-orang dalam televisi yang pun menjadi penghuni rumah.
Koran yang belum sempat dibacanya begitu saja berkibar di hadapannya, bahkan huruf-huruf berucap sendiri. Seperti biasa sepatu yang memekik karena terlempar ke sudut berteriak dengan mangapnya: Aku mengikutimu kemana pun, dan rela kau injak-injak!
Apakah kau akan begitu saja berpaling, lebih mempercayai kertas berhuruf itu? Karena kemampuan bahasa koran lebih canggih, tentu saja sepatu tertindas oleh berita.
Apalagi koran selalu bersekutu dengan televisi, dalam memperkatakan tentang dunia yang tarafnya sudah sulit dimengerti.
Dikabarkan adanya pelarangan terhadap pihak yang memberitakan aib, kejelekan, sampai gosip seseorang hingga terinjak-injak seperti sepatu. Bahkan si pemberita akan terancam hukuman.
Kalau begitu apakah pelaku aib, tindakan kejelekan, dan penyandang gosip akan dibiarkan. Sebagaimana yang memberitakan tindak korupsi akan terancam hukuman, dan para kuroptor dibiarkan seperti tikus menggerogoti lumbung padi milik rakyat.
Bukankah kitab-kitab suci juga mengabarkan tentang aib, kejelekan, bahkan mirip gosip tentang para penentang Nabi. Kalau begitu apakah harus ada pelarangan terhadap kitab-kitab suci.
Pada kenyataannya yang terjadi kemudian adalah pertentangan antara penganut kitab suci dan pengikut Nabi dari kitab suci yang sama.
Lihatlah yang terjadi…..
Perang keyakinan, klaim kebenaran atas nama ajaran, isiu saling memprovokasi, telah melunturkan semangat kebersamaan bagi keluarga yang sangat menghargai keberagaman…
Dikabarkan pula pemerintah telah mengeluarkan dana hibah yang jumlahnya milyaran bahkan triliunan. Konon peringkat pertama yang mendapatkan dana hibah itu adalah pihak yang melarang-larang itu.
Ketiga pihak pelaksana atas pelarangan itu yang biasanya melakukannya dengan praktek-praktek kekerasan. Kedua pihak yang mau mengambil alih uang para koruptor, dan mengembalikannya sebagai uang milik negara.
Keempat ibarat irisan roti bagian pinggir yang biasanya dibuang, akan diserahkan demi pengentasan kemiskinan. Ternyata ada dana hibah yang besarnya melebihi bagi pihak yang melarang-larang.