BARISAN.CO – Tidak selamanya sakit diare mudah dengan cepat diatasi. Karena ada beberapa kondisi diare yang lebih menuntut pasiennya untuk bersabar. Termasuk apa yang dialami Mansur Hidayat (43 tahun), juragan kambing asal Wonosobo yang ditemui di Semarang ini mengisahkan pengalamannya hingga sembuh dengan ramuan daun delima. Seperti apa kisah lengkapnya? Berikut penuturannya kepada redaksi Barisan.co
Bagaimana kisah pengalaman pengobatan diare Anda?
Dahulu saat saya merasakan sakit diare, entah diare atau disentri. Dalam satu hari sering sekali ke belakang untuk buang air besar (BAB). Seperti diare pada umumnya, kotoran yang saya keluarkan pasti encer. Itu pun sedikit saja, setelah itu selesai. Tak selang lama, kebelet lagi. BAB lagi. Begitu seterusnya, sampai saya sendiri seperti bosan, kok tidak selesai selesai.
Seperti apa yang dirasakan?
Saking seringnya, bagian dubur terasa perih dan panas. Ketika hendak bab, rasa mulas di perut. Kadang rasa mulasnya menjadi lebih sakit hingga terbawa saat BAB. Setelah BAB mulasnya mereda, tapi rasa perih dan panas pada dubur terkadang masih terasa. Akhirnya saya tidak bisa kemana-mana, karena pasti repot kalau keluar rumah. Tidak nyaman. Saya sendiri jadi lebih memilih pakai sarung ketika itu, biar lebih mudah pas BAB.
Apa yang kemudian Anda lakukan?
Ya seperti orang pada umumnya, pengobatan. Hanya saja, tipikal saya itu termasuk orang yang tidak terlalu suka dengan obat dokter. Termasuk obat warung. Jadi pilihannya adalah alami atau herbal. Nah, jadi teringat apa yang sudah pernah dialami disentri pada anak saya dulu. Bisa sembuh dengan minum rebusan daun delima.
Lantas diare Anda juga diobati dengan ramuan itu?
Iya, saya coba saja. Toh sama sama encer keluarnya ya. Saya yakin saya, siapa tahu memang bisa mengobati dan jodo (cocok-red).
Apa yang dirasakan setelah mengonsumsi ramuan tersebut?
Alhamdulillah setelah beberapa hari minum, sakit diare yang saya rasakan lebih baik. Kotoran yang keluar tidak lagi encer, tapi sudah memadat. Durasi ke belakang untuk BAB pun sudah lebih normal, ya paling sehari dua sampai tiga kali. Perut sudah tidak mual. Pokoknya lebih nyamanlah, termasuk keluar rumah sudah lebih jenak.
Bagaimana Anda meramunya menjadi obat?
Mudah saja. Saya ambil daun delima dari pohon sejumlah 5-7 lembar. Kemudian saya rebus dengan satu gelas air setelah sebelumnya saya cuci bersih dengan air mengalir. Jadi kotorannya hilang dulu. Setelah itu saya rebus hingga air tinggal separuh gelas dan berwarna agak kecoklatan seperti teh. Setelah itu baru saya minum.
Seperti apa aturan minumnya?
Setiap satu rebusan, setengah gelas tadi diminum sekali. Dan satu hari dua kali minum, pagi dan sore. Jadi dalam sehari merebus dua kali.
Ada syarat kondisi daun?
Kalau saya pilih yang masih muda segar. Mungkin kondisi itu lebih baik, maksudnya kandungannya paling banyak.
Penjelasan Ilmiah
Diare adalah salah satu penyakit pencernaan karena terpapar bakteri E. coli. Umumya berkait masalah higenitas. Satu di antara upaya yang direkomendasikan oleh World HealthOrganization (WHO) dan United Nations Childrens Fund (UNICEF) untuk penanganan diare adalah penggunaan antibiotik yang selektif (Judarwanto, 2012).
Tanaman yang berpotensi untuk mengobati diare satu diantaranya adalahdelima (Punica granatum L.). Delima sering ditanam di kebun-kebun atau pekarangan rumah sebagai tanaman hias dan tanaman obat (Tjitrosoepomo, 1994).
Pengobatan pernah dilakukan oleh Rukmana (2003) dalam bukunya yangmenyatakan bahwa daun delima berkhasiat sebagai obat untuk mengatasigangguan pencernaan, perut kembung, dan muntah-muntah. Hal ini didukung jugaoleh Winarno dan Dian (1996) yang melaporkan bahwa daun delima merupakansatu dari 117 tanaman yang digunakan oleh masyarakat di berbagai daerah Indonesia untuk obat diare.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak, bahwa kandungan senyawa yang diduga aktif sebagai antibakteri dalam mengatasi diare pada daun delima yaitu alkaloid dan tanin. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Ismail (2011) mengemukakan bahwa senyawa aktif sebagai antibakteri terhadap E. coli pada kulit buah delima adalah alkaloid dan tanin.