Kisah Ali bin Abi Thalib tersebut menunjukkan bahwa salat khusyuk memang teramat sulit. Tidak sepenuhnya keseluruhan di dalam salat akan khusyuk. Bisa jadi awal dan tengah kita masih khusyuk, namun di akhir rakaat bisa jadi tiba-tiba kita memikirkan hal lain.
Jika kita khusyuk salat, dapat mengambil pelajaran dari kisah Ali bin Abi Thalib lainnya yakni kisah ketika Ali bin Abi Thalib terkena panah menembus kaki. Anak panah yang menembus kaki Ali sulit dicabut.
Kisah ini dalam Tafsir Kasyf al-Asrâr Maibadi, Ali bin Abi Thalib pun meminta agar anak panah dicabut saat menjalankan salat ashar. Cara mencabut anak panah adalah dengan menusukkan anak panah sampai benar-benar tembus, sehingga dapat dipatahkan.
Ali bin Abi Thalib menjalankan salat ashar. Lalu tabib datang untuk mencabut anak panah itu. Ali tidak merasakan sakit saat anak panah ditusukkan hingga dipatahkan dan dicabut. Salatnya tidak terganggu sama sekali.
Selesai salat dan memberikan salam, Ali berkata,”Sekarang lukaku agak ringan.”
Khusyuk semacam inilah yang senantiasa kita harapkan. Hubungan seorang hamba dengan Tuhannya mampu menghilangkan rasa sakit itu. salat khusyuk mampu memberikan penawar bagi rasa sakit. (Luk)