Scroll untuk baca artikel
Blog

Sebuah Risalah tentang Syamanisme

Redaksi
×

Sebuah Risalah tentang Syamanisme

Sebarkan artikel ini

Ini mungkin sejenis kemajuan medis yang dulu diimpikan oleh Louis Pasteur, ilmuwan yang mempelajari mikroorganisme. Katanya, ilmu biologi dan fisiologi yang sudah mereduksi manusia sampai tingkat molekul, jika menginginkan pandangan yang lebih holistik, harus kembali melihat manusia secara utuh dengan memperhatikan keadaan-keadaan lingkunganya.

Untuk hari ini, saya belum terlalu yakin ilmu kedokteran modern akan sepenuhnya mengalami titik balik, sehingga meninggalkan pengertian lama yang menganggap tubuh manusia serupa arloji mekanis; yang bisa dibedah, direduksi, dan dicari akar masalahnya hingga tingkat terkecil. Pada gilirannya, orang-orang seperti Nenek Painem tentu saja masih tersisih dari dunia kesehatan. Posisinya yang paling terhormat barangkali sebatas disebut “pengobatan alternatif”, bukan arus-utama.

Kabar terakhir menyebut Nenek Painem sudah sekian tahun lalu meninggal. Semoga Yang Maha Abadi memberinya tempat terbaik.

Banyak anak sembuh berkatnya. Termasuk Waluyo kecil, yang bukan saja dia sembuhkan dari sakit, tetapi kini mendapat pula pengalaman dan kesadaran, bahwa sebagai manusia, kita tidak pernah terlepas dari alam. Kekuatan udara, air, makanan, topografi tanah, lingkungan sosio-kultural, adalah beberapa penjaga terbaik atas kesehatan tubuh.

Dalam bahasa sederhana dengan bumbu mistik, saya ingat samar-samar nasihat Nenek Painem kepada saya dan orangtua saya, dulu. Saya menemukan banyak kemiripan nasihat itu dengan nasihat Fritjof Capra: agar kita, manusia, menjaga equilibrium alam semesta.

Karena di sana, ada risalah lengkap ekologi manusia, di mana kesehatan seseorang, atau kelompok, atau lingkungan besar tergantung penuh dari situ. Tubuh manusia, adalah pikiran besar yang integral dengan alam semesta.