BARISAN.CO – Penemuan penisilin selalu dikaitkan dengan ilmuwan Skotlandia, Alexander Fleming pada 1929, walaupun sebenarnya banyak ilmuwan lain yang telah mencatat efek antibakteri sebelum Fleming.
Seperti diikutip dari laman wikipedia.org, Fleming, dalam laboratoriumnya di Rumah Sakit Santa Maria (kini merupakan salah satu rumah sakit pendidikan di London), mencatat adanya lingkaran hambatan (zona bening) pada pertumbuhan bakteri di piringan kultur Staphylococcus. Fleming menyimpulkan bahwa hambatan itu dikarenakan sebuah subtansi penghambat pertumbuhan dan menghancurkan bakteri. Ia kemudian menumbuhkan sebuah kultur murni, dan menemukan Penicillium yang kemudian dikenal sebagai Penicillium chrysogenum.
Fleming memberikan istilah “penisilin” untuk menggambarkan hasil filtrasi dari kultur mikrobiologis Penicillium. Walaupun di tahapan awal ini, penisilin ditemukan efektif melawan bakteri Gram positif dan tidak efektif pada Gram negatif dan jamur. Fleming optimis bahwa penisilin akan menjadi disinfektan yang sangat berguna, berpotensi tinggi dengan tingkat keracunan yang rendah dibandingkan antiseptik masa itu.
Pada percobaan berikutnya, Fleming menyadari bahwa tidak akan bertahan lama di tubuh manusia untuk membunuh bakteri patogen. Ia menghentikan penelitiannya setelah 1931, namun mencoba memulainya lagi pada 1934.
Pada 1939, ilmuwan Australia Howard Walter Florey dan sebuah tim peneliti di Universitas Oxford membuat sebuah kemajuan yang berarti dalam menunjukkan aksi bakterisidal secara in vivo dari penisilin. Mereka gagal dalam percobaan karena tidak cukup penisilin, namun berhasil dibuktikan bahwa penisilin tidak berbahaya dan bekerja pada tikus. Beberapa percobaan dilakukan di Oxford. Pada 1942, John Bumstead dan Orvan Hess menjadi ahli yang pertama berhasil menyembuhkan pasiennya dengan penisilin.
Saat Perang Dunia II, penisilin berjasa dalam menekan jumlah kematian akibat infeksi yang disebabkan luka terbuka yang tak mendapat perawatan. Dalam situasi serupa dapat menimbulkan gangren bahkan kematian, menyelamatkan 12-15% nyawa. Ketersediaan penisilin masih sangat terbatas karena kesulitan untuk memproduksinya secara massal, dan kecepatan ginjal yang menghasilkan sisa penisilin yang tidak sempat digunakan tubuh. Saat itu, pengumpulan kembali penisilin dari air seni pasien merupakan prosedur yang biasa. Penisilin tersebut akan digunakan kembali.
Penemuan Antibiotik
Penelitian pun terus dilanjutkan untuk mengetahui senyawa yang terkandung pada jamur Penicillium Chrysogenum, sehingga lahirlah antibiotik pertama yang disebut Penicillin. Ternyata setelah itu perjalanan flaming tidak mulus. Flaming mengalami kendala terhadap cara budidaya dan osolasi jamur tersebut. Sampai akhirnya Penelitiannya dihentikan.
Penelitian tentang penicillin kemudian dilanjutkan oleh Howard Florey dan Ernest Boris Chain dengan biaya dari pemerintah Amerika dan Inggris. Mereka berhasil memurnikan penicillin sehingga mampu digunakan untuk mengobati berbagai penyakit.
Selain itu, Fleming juga menemukan bahwa penggunaan antibiotik dengan dosis yang terlalu rendah dan durasi penggunaan terlalu singkat bisa menyebabkan resistensi bakteri terhadap obat tersebut sehingga bakteri menjadi lebih kuat dan tidak mempannya antibiotik.
Karena jasanya yang besar atas penemuannya tersebut, Alexander Fleming mendapatkan penghargaan Nobel Prize in Medicine pada tahun 1945 bersama Florey dan Chain. Antibiotik-antibiotik jenis baru kemudian ditemukan setelah penemuan penicillin. Itulah sejarah penemuan antibiotik yang dapat menyelamatkan milliaran nyawa. (SelarasMedia)