Scroll untuk baca artikel
Blog

Berat Akibatnya Punya Menteri Asal Bicara

Redaksi
×

Berat Akibatnya Punya Menteri Asal Bicara

Sebarkan artikel ini

Barisan.co – Kamis (13/8) dalam rapat kerja dan konsultasi Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyatakan mendukung kehadiran obat herbal yang diklaim menjadi biang turunnya Covid-19 di daerah Bali. Luhut menganggap selama dampaknya positif bagi turunnya kasus Covid-19, ia merasa itu bukan masalah.

“Sekarang udah buka Bali dan Banyuwangi. Kami bersyukur setelah 2 minggu angka Covid-19 menurun. Gubernur bilang ada herbal daerah, minum arak dari mereka. Ya entah benar entah tidak, yang penting keliatan turun. Saya dukung aja lah,” ucap Luhut.

Seperti yang diketahui saat ini, jumlah kasus harian Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda bahwa pandemi akan segera berakhir. Dengan adanya pernyataan dari Luhut: yang penting kelihatan turun menunjukkan pemerintah seakan tidak serius menangani wabah ini. Sebelumnya juga, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mempromosikan kalung eucalyptus yang diklaim—tanpa uji klinis—sebagai antivirus Covid-19. Bahkan beberapa artis juga ikut mempromosikan kalung tersebut melalui akun media sosial pribadinya.

Klaim yang benar bukanlah sekadar kemungkinan ataupun testimoni semata. Dalam dunia kedokteran, segala bentuk klaim tidak bisa langsung diperacaya tanpa adanya eksperimen untuk uji coba kebenaran dari klaim tersebut.

Testimoni memang dapat dijadikan sebagai dasar pijakan ilmiah, namun harus dibuktikan terlebih dahulu dengan menggunakan metode yang benar. Karena, testimoni belum terntu benar, valid, maupun sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Penyataan Luhut tentu berbanding terbalik dengan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito. Pada Selasa (4/8), ia mengimbau para peneliti dan figur publik untuk tidak sembarangan dalam menyampaikan berita tentang Covid-19. Agar tidak ada kesalahpahaman publik dalam merespon Covid-19.

“Saya ingatkan, para peneliti dan figur publik untuk perlu berhati-hati dalam menyampaikan berita kepada masyarakat. Jangan sampai masyarakat yang sedang panik mencari jalan keluar, sehingga memahami sesuatu hal itu tidak dengan secara utuh dan benar,” kata Wiku dari Gedung BNPB.

Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menyampaikan salah satu penyebab klaim obat-obatan Covid-19 kini ramai di masyarakat adalah buruknya politik manajemen penanganan wabah oleh pemerintah sejak awal. Jika begitu, hingga kini, setelah 6 bulan berjalan sejak kasus pertama Covid-19 artinya belum ada perubahan besar yang dilakukan pemerintah untuk setidaknya meminimalisir jumlah kasus harian di Indonesia.

Pejabat publik seharusnya lebih berhati-hati dalam menyampaikan statemen di waktu saat ini, agar tidak menimbulkan kegaduhan terutama di saat jumlah kasus Covid-19 sudah lebih dari 100 ribu.

Selain itu juga, klaim layak untuk dipercaya jika telah melewati serangkaian uji klinis. Hal itu menjadi sangat penting terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan nyawa manusia. Sejatinya, tidak ada pembahasa ilmiah yang mendasarkan kebenaran hanya dari klaim orang per orang.

Jika Hadi Pranoto yang sempat mengklaim menemukan obat Covid-19 dijerat dengan sanksi hukum, lalu bagaimana dengan pihak dari pemerintah itu sendiri? Karena bukan hanya kegaduhan melainkan ketimpangan asas hukum yang seharusnya ditegakkan bagi siapa saja yang melakukan klaim tersebut.


Penulis: Anatasia Wahyudi

Editor: Ananta Damarjati