Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Sejarah Hari Ayah Nasional, Inilah Nasihat Syekh Abdul Qodir Kepada Anak dan Muridnya

Redaksi
×

Sejarah Hari Ayah Nasional, Inilah Nasihat Syekh Abdul Qodir Kepada Anak dan Muridnya

Sebarkan artikel ini

Hari Ayah Nasional diperingati setiap tanggal 12 November setiap tahunnya yang diprakarsai oleh Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP)

BARISAN.CO – Setiap tanggal 12 November setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Ayah Nasional. Sementara Hari Ayah Internasional diperingatai setiap tanggal 19 Juni.

Sejarah Hari Ayah Nasional tidak dapat lepas dari peran ibu-ibu dan paguyuban lintas agama. Yakni Perkumpulan Putra Ibu Pertiwi (PPIP) yang merupakan organisasi atau paguyuban budaya lintas agama yang menjadi pemarkasa.

Awalnya Paguyuban PPIP menyelenggarakan sayembara peringatan Hari Ibu di Kota Sola. Adapun sayembara tersebut yakni menulis surat untuk itu yang bertajuk “Menulis Surat untuk Ibu.”

Sayembara berlangsung saat hari Ibu atau tanggal 22 Desember tahun 2004, dalam sayembara tersebut terkumpul 70 surat terbaik.

Sedangkan awal kali muncil peringatan hari ayah tidak dapat lepas dari jasa besar dari peserta lomba yang mengajukan pertanyaan mengenai Hari Ayah.

Maka oleh perkumpulan PPIP dilakukan kajian yang mendalam dan panjang, lantas dideklarasikan Hari Ayah Nasional dan menetapkan tanggal 12 November sebagai Hari Ayah Nasional.

Peringatan ini merupakan momentum baru, bagaimana menghargai peran ayah selama ini. Selain sebagai pemimpin, ia adalah sosok yang diharapkan mampu memberikan teladan.

Nasihat Syekh Abdul Qodir Jaelani

Barisanco menyajikan nasihat Syekh Abdul Qodir Jaelani kepada anaknya dan murid-muridnya yang terangkaum di dalam Kitab Fathur Rabbani. Kitab yang maknanya sangat dalam yakni “Kunci-Kunci Pembuka Rahasia Illahi.”

Inilah nasihat Syekh Abdul Qodir Jaelani kepada murid dan anak-anaknya:

Wahai Muridku. Tunduklah kepada Allah Swt, terhadap takdir dan tindakan-Nya, dan seluruh tubuh kita harus berpijak pada keselarasan takdir, lalu kita meniti jalan dengan kendaraan takdir itu. Karena takdir itu adalah utusan dari Sang Raja, dan kita memuliakannya karena siapa yang mengutusnya. Jika kita bebruat demikian, kita senantiasa bersanding kepada Al-Qadir (Sang Kuasa Takdir).

Wahai para murid, hendaknya engkau bertakwa, berpijak pada aturan syariah, kontra terhadap kepentingan nafsu, hawa nafsu, syetan dan pecundang-pecundang keburukan. Orang mukmin senantiasa perang melawan semua itu, bahkan tegak kepalanya, tidak menyarungkan senjatanya, tidak melepaskan pedal di atas kuda-kudanya.

Wahai muridku, tinggalkan nafsumu dan hawanya. Jadilah kalian ini sebagai tanah yang diinjak oleh para Sufi, menjadi debu-debu yang menempel di tangan mereka.

Jadikan kehidupan dunia dan akhirat dalam satu wadah, lalu bersimpuhlah kepada Tuhanmu dengan ketelanjangan hatimu, tanpa dunia dan tanpa akhirat.

Lepaskan baju-baju maksiatmu dengan taubat yang murni dan rasa malu kepada Allah secara hakiki. Syekh Abdul Qodir Jaelani

Wahai muridku. Jikalau telah tiba penyakit, maka hadirlah dengan kesabaran, tenanglah, sampai obatnya tiba. Jika obatnya ada di tangan anda, terimalah dengan tangan kesyukuran. Jika anda bisa demikian, anda hidup dalam kehidupan masa depan.

Jangan sampai cita rasamu hanyalah memenuhi hasrat makan dan minum, pakaian dan perkawinan, kesenangan dan apa yang anda kumpulkan. Sebab semua itu hanayalah citarasa nafsu dan watak. Lalu manakah citarasa qalbu dan sirrmu? Citarasanya adalah menuju Allah Tala.

Demikianlah nasihat Syekh Abdul Qodir Jaelani kepada murid dan anaknya untuk dapat dijadikan bimbingan pada peringatan hari ayah. Semoga bermanfaat.