Adapun yang mengharukan pada perjalanan Radhar ialah, saat ia mulai mengalami persoalan pada ginjalnya. Setiap pekan dia mesti dua atau tiga kali cuci darah. Makan dan terutama harus terkontrol dan terukur. Misalnya untuk asupan air putih hanya sebotol ukuran setengah liter per-hari.
Namun demikian halangan besar itu tak menyurutkan gerak aktivitasnya. Misalnya saat ada acara di Semarang dia menelpon saya, “Ko, aku ada acara di Semarang bersamaan jadwal rutinku cuci darah. Tolong aku minta info rumah sakit yang bisa untuk cuci darah ya…”
Sampai kemudian malam itu saya mendapat WA dari Lukni Maulana: Radhar Panca Dahana meninggal dunia.
Selamat jalan, sahabat, nanti kita pasti bertemu lagi.***