Yang menarik disini preferensi keputusan membeli tidak lagi dari sisi harga semata, namun berdasarkan kecepatan pelayanan tenant/toko, review serta testimony pelanggan lainnya dan juga rating.
Dampak dari aturan pembatasan kerumunan ini juga mengubah metode pembelajaran maupun aktivitas rapat semula dilakukan secara tatap muka menjadi pembelajaran serta rapat secara virtual begitupula aktivitas pekerjaan dengan sistem remote working berkenaan kebijakan rasio Work From Home (WFH) dan Work From office (WFO).
Hal ini akan menjadi budaya baru dan populer karena lebih efisien namun dengan bayang bayang pembelajaran yang fokus dan produktifitas hasil kerja. Bagi perbankan yang outletnya berada di sektiar kampus, mall dan perkantoran akan berdampak turunnya transaksi inbranch nasabah terlebih jika kampus/mall/gedung perkantorannya terkena lockdown.
Pasar (market) pun mengalami pergeseran bermula dengan sistem model bisnis single sided beralih ke two-sided market bahkan multiple-sided market. Pasar (market) dapat tergambar dari penduduk indonesia dimana berdasarkan data Kementrian Dalam Negeri bahwa jumlah penduduk indonesia pada Semester ke II tahun 2021 mencapai 273,88 juta dengan komposisi 2,01% diisi kaum Tradisionalist (kelahiran 1900-1945), Generasi babyboomer (kelahiran 1946-1960) 8,82%, Generasi X (kelahiran 1961-1980) sebanyak 25,14%, generasi Y Millennial 1995-2010) 23,32%, Generasi Z (kelahiran 2011-2014)-atau dikenal generasi Zoomer mencapai 24,44% dan Generasi Alpha (kelahiran 2015-2020) 16,30%. Setiap tahun komposisi ini akan bergeser dan 5 sampai 10 tahun kedepan, kaum Millenial akan mendominasi sebagai angkatan kerja.
Ekonomi sangat berpengaruh walau di pertengahan tahun 2020 sempat kontraksi sampai minus 5,23% dan pada tahun Q1-2022 kembali positif menjadi 5,01%. Yang perlu diperhatikan dari sisi pertumbuhan ekonomi adalah detail persektor ekonominya karena banyak para ahli ekonom menyampaikan fundamental ekonomi Indonesia belum sepenuhnya aman.
Dari sisi kualitas lending persektor ekonominya dimana berdasarkan data dari OJK posisi Januari 2022 bahwa sektor Perikanan, Pertambangan, industri Pengolahan dan Penyediaan Makanan Minuman masih memiliki tingkat Non Perfoming Loan (NPL) nya tergolong tinggi (diatas 5%). Disamping itu pendapatan perkapita kita menjadi 62,2 juta yang mempengaruhi daya beli maupun kemampuan masayarakat dalam aktifitas menabung (saving).
Customer :
Dari sisi Customer (nasabah) semakin bergeser dimana jika dilihat profil nasabah prioritas perbankan saat ini masih di dominasi oleh generasi Babbyboomer dan Generasi X walau ada beberapa Generasi Y millennial yang masuk dalam nasabah prima. Tentunya ini penting bagi para pelaku di industri keuangan dalam melakukan pendekatan dan model komunikasinya.
Bagi generasi babyboomer dan generasi X, pendekatan yang lebih efektif dengan cara model personal touch lebih dapat diterima namun tidak berlaku bagi sebagian besar ke generasi Millennial lebih ke model komunikasi digital seperti review, rating dan tutorial.
Competitor :
Pada saat ini kondisi persaingan semakin ketat walaupun jumlah kantor perbankan dan fintech mengalami penurunan sejak tahun 2018. Merger dan pembentukan holding baik Bank Umum dan BPR menjadi salah satu penyebab berkurangnya jumlah perbankan yang tidak lain adalah untuk memperkuat perbankan dari sisi pemenuhan ketentuan permodalan dari pihak regulator.
Jika melihat peta persaingan dapat tergambar sebagai berikut :
Bisnis perbankan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro baik ekonomi di Indonesia maupun ekonomi Global. Perbankan juga dituntut oleh kebutuhan transaksi nasabahnya untuk mengembangkan fitur-fitur transaksi berbasis teknologi yang semakin lengkap seperti mobile banking, API banking, Internet banking dst.
Tentunya untuk memenuhi kebutuhan hal tersebut, perbankan perlu melakukan kolaborasi dengan mengintegrasikan dengan pihak lain seperti e-commerce (paylater, pembayaran melalui transfer, Virtual Account dst), fintech, Asuransi dst.
Perbankan juga dituntut harus selalu berinnovasi karena adanya tekanan dari pesaing dan kebutuhan transaksi nasabah yang semakin komplek. Kesemuanya tersebut memerlukan investasi dibidang IT berikut keamanannya serta penyempurnaan digitalisasi transaksi di masing masing bank. Disamping itu perbankan juga dihadapkan oleh ketentuan ketentuan yang semakin ketat dan kompleks dari pihak regulator dhi, OJK dan atau BI.
Company (Organisasi)
Perusahaan dituntut untuk beradaptasi baik dari sisi baik dari penyiapan kompetensi pegawai serta strategi yang digunakan. Seiring era Digitalisasi sejak 2018 sampai saat ini sebanyak 2.921 kantor bank Umum dilakukan penutupan dan sisanya mulai beralih ke outlet outlet Digital yang semakin efisien. Sementara 131 BPR juga melakukan opsi merger dan sebanyak 394 kantor tutup beroperasi.
Berkenaan dengan hal tersebut, perusahaan dituntut untuk lebih lincah (agile) dan cepat beradaptasi dalam merespon perubahan. Ketajaman dalam mengendus setiap perubahan-perubahan yang ada di pasar merupakan poin penting yang biasa kita sebut sense of business (business accument).
Selanjutnya kepiawaian dalam menangkap peluang-peluang yang muncul dari perubahan-perubahan tersebut yang kita sebut seize. Dan yang terakhir adalah diperlukan kecepatan (speed) dalam melakukan eksekusi untuk merubah peluang peluang tadi menjadi value bagi customer.
Pembahasan diatas merupakan Outlook yang perlu dikaji oleh perusahaan atau organisasi dengan menggunakan TOWS analysis yang melibatkan berbagai metode atau tehni pencarian informasi yang valid seperti marketing research melalui survey, focus group discussion (FGD) para analis ekonomi maupun kajian dari lebaga survey/Perguruan Tinggi dan lain lain.
Hal ini sangat diperlukan perusahaan dalam merancang serta menyusun arsitektur pemasaran yang akan di ramu dalam bentuk Strategi yang pas terkait segmentasi nasabah/customer yang akan dibidik, target segmen yang akan dipilih untuk di eksekusinya serta merencanakan positioning perusahaan di benak nasabah/customer.
Untuk mengikat (engage) nasabah/customer sesuai dengan rencana strategi yang telah dirancang, perusahaan perlu mengimplementasikan strategi nya yaitu bagaimana cara serta metode menjualnya (Selling), dengan menggunakan bauran pemasaran yang tepat (marketing mix) agar dimata nasabah/customer bahwa perusahaan memiliki ciri yang berbeda dengan para pesaing (Differentiate). Aktifitas tersebut biasanya disebut dengan taktik perusahaan.
Tujuan akhir yang ingiin dicapai perusahaan adalah Values (nilai nilai) dimana nasabah. Hal ini merupakan aspek yang harus dieksekusi oleh perusahaan dalam berhubungan dengan nasabah/customer yaitu dengan Proses transaksi yang aman dan nyaman, layanan (Service) yang prima yang mencakup para pegawai (people) yang ramah dalam melayani, helpful serta meresspon permintaan nasabah/customer dijawab dengan solusi. Tentunya akan meningkatkan Brand dari perusahaan akan menjadi lebih baik.