Scroll untuk baca artikel
Blog

Simpang Siur Data Korban Kanjuruhan

Redaksi
×

Simpang Siur Data Korban Kanjuruhan

Sebarkan artikel ini

Tidak ada data resmi pemerintah yang mencerdaskan terkait jumlah korban jiwa di Kanjuruhan.

BARISAN.CO Seperti mustahil untuk meminta pemerintah satu suara soal jumlah korban meninggal tragedi Kanjuruhan.

Mencari data pasti merupakan tugas yang tidak mudah. Tapi ini adalah keharusan yang musti cepat diupayakan. Para korban meninggal ini bukan sekadar angka. Empat hari lalu, mereka adalah manusia yang sehat, bernilai, dan hidup sebagaimana kita.

Pihak kepolisian masih bersikukuh pada angka 125 orang. Angka ini memancing keraguan publik. Jangan-jangan, itu adalah angka yang dibingkai agar tragedi Kanjuruhan tak terlihat memakan banyak korban.

Kita tahu, tragedi terbesar di sepak bola terjadi di Peru dengan korban meninggal mencapai 328 jiwa dan 500 orang luka-luka. Itu terjadi 40 tahun lalu. Kronologinya hampir serupa seperti di Kanjuruhan.

Tentu akan jadi aib persepakbolaan kita jika ternyata tragedi Kanjuruhan memakan korban lebih banyak dari tragedi Peru. Tetapi, ini bukan saat yang tepat untuk mementingkan panji-panji statistik.

Publik harus dibuat cerdas dengan data yang presisi. Jika memang benar bahwa korban mencapai lebih dari 200 jiwa, pihak berwajib perlu katakan korban mencapai lebih dari 200 jiwa.

Tanggal 5 Oktober 2022, Gubernur Jatim menyebut korban meninggal sebanyak 131 orang. Dua hari sebelumnya, Wakil Gubernur Jatim Emil Dardak mengatakan 174 jiwa. Pernyataan Emil dikutip CNN Indonesia di hari yang sama.

Salah seorang dokter yakni Prof Zubairi Djoerban, lewat Twitternya, menyampaikan jumlah korban mencapai 187 orang pada tanggal 2 Oktober 2022.

Menko PMK Muhajir Effendy menyampaikan jumlah korban dengan cara berbeda. Ia menyebut angka 448 jiwa. Itu adalah total dari korban meninggal hingga luka ringan. Namun, di beberapa media, angka yang disebut Muhadjir ditulis dengan nada kabur kepalang tanggung.

Mana yang harus kita percaya?

Pemerintah lewat Menkopolhukam Mahfud Md telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF). Tim ini berisi akademikus, pejabat kementerian, organisasi profesi olahraga, pengamat sepak bola, dan media massa.

Diharapkan, nantinya tim ini mampu mengusut jumlah persis korban tragedi Kanjuruhan.

Sementara belum bisa ditemukan data yang valid dari pemerintah, inisiatif bergerak datang dari Aremania—sebutan kelompok suporter Arema F.C.

Perwakilan Aremania, Dadang Indarto, mengatakan telah membentuk Tim Aremania Pencari Fakta. Nantinya, tim ini bakal berkomunikasi antardaerah soal data korban jiwa. Bukan hanya di Malang Raya saja, tetapi juga Banyuwangi, Madiun, Pasuruan, Blitar, Kediri, dan Jombang.

“Aremania Kota Batu memperkirakan, korban Kanjuruhan jauh melebihi data resmi pemerintah, yakni mencapai 200 orang,” ucap Dadang dilansir CNN Indonesia.

Dadang menyebut banyak korban meninggal dunia tak dibawa ke rumah sakit. “Ada yang [meninggal] di stadion, ada yang di perjalanan, banyak yang langsung dibawa pulang tidak mau dibawa ke rumah sakit, alasannya karena tidak mau divisum.”

Upaya Aremania ini mesti didukung. Setiap nyawa yang hilang harus masuk dalam hitungan. Jangan sampai ada yang tertinggal dan dilupakan.

Di sisi lain, inisiatif Aremania ini menegaskan bahwa pemerintah kita memang kurang cakap bicara data. Dulu begitu, sekarang masih begitu. [dmr]