Scroll untuk baca artikel
Blog

SMK Tak Sedang Baik-baik Saja

Redaksi
×

SMK Tak Sedang Baik-baik Saja

Sebarkan artikel ini

Tapi pada kenyataannya tidak dapat dioperasionalkan apalagi untuk sekolah swasta.  Jika memang begitu mengapa sekolah tersebut masih dapat beropersional?  Jawabannya adalah gali lubang tutup lubang untuk menjalankan keberlangsungan hidupnya.  Hal ini tentu saja membuat sekolah menjadi tidak sehat. 

Dan itulah kenyataannya.  namun begitu pada tulisan saya ini bukan hendak fokus pada hal tersebut tetapi akan fokus pada upaya pihak sekolah untuk menolong sekolah agar terus dapat beroperasional sekaligus menolong siswanya agar tidak menganggur.  Ibarat pepatah sekali mendayung 2 atau 3 pulau terlampaui.

Rata-rata siswa lulus SMK saat ini usianya kurang dari 18 tahun.  Itu artinya belum dapat diterima kerja di dunia industri atau sektor formal lainnya karena belum memenuhi batas minimal usia kerja.  Bagi yang sudah mencapai usia tersebut, biasanya sekolah memfasilitasi dengan job fair. 

Lagi-lagi kendalanya adalah apabila diterima kerja di sektor industri, para siswa yang tergolong miskin tersebut tak memiliki uang saku untuk berangkat, penginapan serta biaya makan selama belum mendapatkan gaji. 

Bagi yang tergolong miskin biaya-biaya seperti itu tentu tidak sedikit.  Padahal harapan sekolah apabila siswa dapat terjaring dalam job fair maka siswa punya komitmen untuk segera melunasi kewajibannya kepada sekolah dengan cara potong gaji.  Langkah ini terbentur banyak kendala.  Untuk itulah pihak sekolah harus dapat mencari peluang lain.

Jika sektor industri tak dapat diharapkan oleh SMK maka satu-satunya sektor yang dapat dilirik adalah UMKM.  Terutama adalah UMKM lokal.  Menurut community empowerment UNIMA UMKM di kec, Bandongan (lokasi SMK sebagai sumber  tulisan ini)jumlahnya mencapai 1931. 

Angka ini terus meningkat setiap tahunnya  dengan kebutuhan tenaga kerja yang juga selalu meningkat setiap tahunnya.  Peningkatan tenaga kerja setiap tahunnya dapat mencapai 2,21 %.  Dan menurut survey yang dilakukan oleh Lazismu Bandongan dalam program kerja Mitramu, rata-rata tenaga kerja yang dibutuhkan oleh setiap UMKM mencapai 5 sampai dengan 19 orang.  Jumlah yang tentu saja tidak dapat dibilang sedikit. 

Sebagaimana pada umumnya  UMKM, biasanya mereka tidak memasang aneka kriteria yang rumit dalam merekrut calon karyawannya.  Bahkan ijazahpun tidak dijadikan faktor penentu.  UMKM hanya butuh orang yang siap bekerja dan memiliki integritas.  UMKM dalam merekrut tenaga kerja seringkali justru lebih mempertimbangkan ada atau tidaknya faktor garansi personal.