Jika SMK sebagai institusi dapat menjadi garansi personel maka peluang tersebut semakin terbuka lebar untuk membantu SMK keluar dari kesulitannya. Kita semua mafhum bahwa UMKM seringkali justru tidak membutuhkan aneka kompetensi dan tuntutan lain semacam yang dipatok oleh dunia industri.
Memang, jika dibandingkan serapan industri, serapan UMKM terhadap tenaga kerja lulusan SMK relatif lebih kecil. Namun begitu karena jumlah UMKM relatif cukup banyak maka akhirnya serapan tenaga kerjanyapun besar juga. Secara akumulatif serapan tenaga kerja UMKM secara nasional mencapai 96,9 %.
Namun begitu potensi UMKM yang sedemikian besar ini terasa kurang wow di mata anak-anak lulusan SMK yang tergolong sebagai generasi milenial. Anak-anak milenial akan memandang sebelah mata saja pada peluang kerja yang tersedia pada UMKM.
Padahal sumbangan UMKM terhadap PDB (product domestic brutto) dapat mencapai 60,5 %. Keunggulan lain dari UMKM adalah selain tidak menerapkan kriteria yang rumit dalam rekruitmen mereka juga tidak memberlakukan pembatasan masa kerja kepada karyawannya. Berbeda dengan dunia industri yang membatasi kontrak kerja karyawannya.
Berbagai industri hanya mengkontrak karyawannya maksimal hanya 2 tahun saja. Setelah itu silahkan mencari kerja di tempat lain. Bagi beberapa pengusaha UMKM kehadiran karyawan seringkali justru dianggap sebagai batih. Yaitu dianggap sebagai bagian dari tanggung jawab sosial mengatasi permasalahan lingkungan.
UMKM seringkali memperlakukan karyawannya bak keluarga sendiri yang wajib ditanggung kehidupannya. Tampaknya cita rasa ketimuran inilah yang hendak dibidik oleh SMK dimana saya menjadi komitenya.
Tuntutan dari UMKM untuk sekolah yang menjembatani antara kebutuhan UMKM dan pencari kerja hanyalah pembinaan agar siswa yang dititipkan tersebut terus komitmen dan loyal pada tempat kerjanya. Sebuah tuntutan yang tentu saja tidak muluk-muluk tentunya. Tinggal sekolah mengatur waktu agar dapat melakukan pembinaan secara berkala.
Di satu sisi relasi antara SMK dan UMKM ini menguntungkan sekolah dan siswa secara langsung. Karena siswa dapat segera mengatasi permasalahan kemiskinannnya tanpa banyak prosedur rumit. Dan bagi SMK siswa yang telah bekerja diharapkan dapat segera memenuhi kewajibannya yang belum ditunaikan kepada sekolah.
Itu berarti SMK dapat terhindar dari permasalahan gali lubang tutup lubang. Di sisi yang lain sebenarnya SMK tengah mendorong tumbuhnya pilar perekonomian bangsa yang sebagian besarnya adalah ditopang oleh UMKM. Dalam jangka panjang skema kerjasama ini jika terus dirawat maka laju urbanisasi akan dapat ditekan. Sehingga pusat-pusat ekonomi tak lagi hanya terakumulasi di perkotaan saja.