Scroll untuk baca artikel
Blog

Sosrokartono, Singkat Cerita Kearifan & Spiritualitas Sang Pangeran Jawa

Redaksi
×

Sosrokartono, Singkat Cerita Kearifan & Spiritualitas Sang Pangeran Jawa

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – RMP Sosrokartono merupakan kakak kandung RA Kartini. Sama hebatnya dengan RA Kartini. Kearifan luhur intelektualitas membuat namanya sangat harum nan populer hingga sekarang.

Mungkin generasi milenial relatif kesulitan mengenali sosok Sosrokartono. Namun jika boleh diambil mudah, barangkali Sosrokartono bisa dibayangkan sebagai kakak yang bisa menjawab apapun saat kita tanya, atau seorang teman kelas yang cerdasnya keterlaluan dan selalu ranking 1, atau om-om edgy yang bisa mengajari kita tentang wacana-wacana besar dan sejarah peradaban.

Sosrokartono lahir di Palemkerep, Mayong, Jepara pada tanggal 10 April 1877. Sebagai putra priyai, ia mengenyam studi di beberapa universitas luar negeri, salah satunya di Polytechnische, Delft Belanda.

Ia adalah mahasiswa satu-satunya dan pertama dari Indonesia yang mengenyam pendidikan di Belanda. Pada saat itu, Sosrokartono megambil jurusan teknik hidrologi karena melihat potensi dan juga proyeksi dari efektivitas penggunaan air ke depannya yang harus diselamatkan.

Di tengah jalan, karena kemudian merasa kurang cocok dengan jurusannya, Sosrokartono mengambil jurusan lain yang sesuai minatnya, yaitu sastra bahasa timur di Universitas Leiden. Dari sana Sosrokartono menajamkan kemampuannya hingga bisa menguasai 40 lebih bahasa dunia. Atas kemampuannya itu, Sosrokartono pernah berdinas di PBB sebagai penerjemah konsulat di Wina Australia.

Sang Jenius dari tanah Jawa

Selain pernah sebagai penerjemah di Australia, Sosrokartono juga pernah bekerja sebagai jurnalis di The New York Herald Tribune di kota Wina (Austria) semenjak 1917.

Tahun 1917 adalah masa-masa menegangkan. Kala itu sedang terjadi Perang Dunia I dan tugas Sosrokartono adalah tugas lapangan. Ia harus dapat memuat berbagai fakta informasi yang terjadi berkaitan Perang Dunia 1 tersebut.

Yang paling menarik, pada saat terjadi perundingan damai Perang Dunia I di sebuah tempat paling terpencil di kota Versailles, Prancis. Perundingan itu sangat rahasia. Tapi keesokan paginya, sebuah berita tentang itu tersebar secara lengkap. Entah bagaimana caranya, Sosrokartono, dengan rinci mencatat apa yang terjadi di Versailles, Prancis itu, dan dunia gempar dibuatnya.

Selain kejeniusannya, Sosrokartono juga terkenal spiritualitasnya yang menakjubkan. Banyak cerita tentangnya yang sulit dipercaya tapi benar-benar terjadi. Beberapa cerita lainnya nyaris seperti dongeng gaib, misalnya, dikabarkan bahwa Sosrokartono pernah memotret kawah gunung kawi dari atas, tanpa menggunakan bantuan pesawat terbang.

Namun dari itu, meski karirnya di Luar negeri begitu cemerlang, di negri sendiri Sosrokartono tersia-siakan, hingga dalam sisa usianya di Indonesia mengalami keterpurukan finansial dan juga sakit lumpuh.

Hal itu disebabkan karena kolonialisasi waktu itu menilai Sosrokartono sebagai sosok yang membahayakan bagi penjajah. Sosrokartono mereka yakini turut membesarkan organisasi Budi Utomo, untuk melawan penindasan kolonial. Pada gilirannya, upaya-upaya kolonial untuk menyerimpung kaki Sosrokartono kerap dilancarkan lewat fitnah-fitnah dan tudingan tak berdasar.

Karya Sastra dan Spiritualitasnya

Pendalaman Sosrokartono tentang sastra tecermin dari karya-karyanya. Ada dimensi spiritualitas yang teguh selalu terbenam dalam suluk Jawa bikinannya. Bahkan, batu nisan Sosrokartono diukir dengan petilan kalimat dalam satu karyanya yang mahsyur, berbunyi “Sugih Tanpo Bondo”.

Sugih tanpo bondo

Digdoyo tanpo aji

Nglurug tanpo bolo

Menang tanpo ngasorake

Trimah mawi pasrah

Suwung pamrih tepi ajrih

Langgeng tan ana susah tan ana bungah

Anteng manteng sugeng jeneng