Ia menekankan bahwa budaya seharusnya menjadi kompas dalam segala aspek kehidupan, termasuk politik dan ekonomi.
“Jika ingin berpolitik, berpolitiklah dengan cara Indonesia. Jika ingin berbisnis, lakukan dengan budaya Indonesia. Jangan sampai kita kehilangan jati diri karena terlalu larut dalam arus globalisasi,” pesannya.
DBN sendiri telah menginisiasi berbagai gerakan kebudayaan, seperti Ruwatan Nusantara dan Kenduri Budaya, yang bertujuan untuk melestarikan kearifan lokal.
“Kami ingin menciptakan 99 Kenduri Budaya di berbagai daerah di Indonesia, agar masyarakat kembali merasakan betapa kaya dan berharganya warisan budaya kita,” imbuhnya.
Suluk Senen Pahingan bukan hanya sekadar forum diskusi. Ia adalah ruang refleksi, tempat di mana seni, spiritualitas, dan intelektualitas bertemu dalam harmoni.
Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan zaman, forum semacam ini menjadi oase bagi mereka yang ingin menemukan makna lebih dalam tentang kehidupan.
Malam itu, ketika langkah-langkah perlahan meninggalkan Joglo Pondok Al-Itqon, banyak hati yang pulang dengan ketenangan baru.
Sebuah ketenangan yang lahir dari perbincangan tentang kebenaran, kemandirian, dan kebijaksanaan. Suluk Senen Pahingan ke-35 telah selesai, namun pesan-pesan yang disampaikannya akan terus bergema di hati para hadirin. []