BARISAN.CO – Putra dan menantu Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution meski sama-sama terlahir dari dinasti politik dan didukung oleh partai yang sama, nyatanya nasib keduanya berbeda.
Nyaris setahun menjabat sebagai Walikota, Gibran mendapatkan lebih banyak mendapat pujian. Paling anyar dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Nadiem Makarim yang datang berkunjung untuk melihat langsung pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Solo.
“Saya sangat apresiasi sama Pak Walikota yang benar-benar mendorong terlaksananya PTM. Mas Gibran sangat pro-PTM,” kata Nadiem, Senin (13/9/2021).
Bahkan tak tanggung-tanggung, Menko Bidang Kemaritiman dan investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan pada awal bulan Agustus juga memuji walikota Solo tersebut. Luhut memuji penanganan pandemi Covid-19 di Solo serta mengapresiasi pencapaian dan kesigapan Gibran bersama jajarannya.
Saat itu, Luhut didampingi Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta daerah di luar Solo agar dapat menggenjot vaksinasi, seperti Solo yang telah mencapai 70 persen.
Namun, sayangnya tak seperti Gibran yang disambangi oleh para menteri, Bobby pada Mei lalu berseteru dengan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi. Hal itu berawal kala Bobby protes karena merasa tidak dilibatkan terkait isolasi atau karantina dalam penanganan warga negara Indonesia (WNI) yang tiba dari luar negeri.
Edy menampiknya karena itu adalah bagian dari kerja tim. Edy pun meminta semua pihak bekerjasama dalam penangan Covid-19 dan jika ada yang salah agar diinformasikan secara langsung bukan melalui media sosial.
Sebulan sebelumnya, tanggal 21 April, Eddy menegur Bobby karena meresmikan pembukaan objek wisata kulinet Kesawan City Walk (KCW) yang dianggap kerap menimbulkan kerumunan teruma di akhir pekan saat pandemi ini.
Belum lama ini juga, Selasa (14/9/2021), Eddy menilai jika data Covid-19 di empat kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara yaitu Medan, Sibolga, Madina, dan Siantar kacau balau. Bobby meminta data dari Pemkot Sumut agar data yang tersedia valid. Akan tetapi, Eddy menganggap seharusnya data asalanya dari bawah ke atas bukan sebaliknya.
Kemungkinan, posisi Gibran di Jawa Tengah membuatnya lebih aman dan nyaman karena merupakan kandang banteng sedangkan Bobby menang di kota yang provinsinya dipimpin oleh lawan partainya. Eddy. Mungkin jika Djarot yang memenangkan Pilkada Sumut 2018 lalu, nasib Bobby akan sama baiknya dengan iparnya, Gibran.
Jauh dari Jakarta, belum pernah dikunjungi oleh menteri, itulah nasib yang dialami oleh Bobby. Bahkan untuk menjadikan Medan menjadi Smart City, April lalu, Bobby jauh-jauh datang berdiskusi dengan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany. [rif]