Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Ledakan Metana, Bencana yang Disebabkan Tangan Manusia

Redaksi
×

Ledakan Metana, Bencana yang Disebabkan Tangan Manusia

Sebarkan artikel ini

Pertambangan baru bara mengeluarkan metana lebih banyak daripada yang dihasilkan dari sektor minyak dan gas.

BARISAN.CO – Sebuah laporan yang dirilis pada Maret 2022 dari Global Energy Monitor, “Bigger than Oil or Gas? Sizing Up Coal Mine Methane” mengungkapkan, emisi metana dari tambang batu bara di seluruh dunia melebihi emisi dari sektor minyak atau gas global dan secara signifikan lebih tinggi dari perkiraaan sebelumnya.

Pertambangan baru bara mengeluarkan 52 juta metrik ton metana per tahun, lebih banyak daripada yang dihasilkan dari sektor minyak, yang mengeluarkan 39 juta ton, atau industri gas sekitar 45 juta ton, menurut laporan itu. Sementara, Indonesia di urutan ke-8 dari 10 negara penghasil metana tambang batu bara terbesar di dunia pada tahun 2020.

Di sisi lain, total biaya dari perubahan iklim di Indonesia pada tahun 2050 diperkirakan mencapai Rp132 triliun. Dari jumlah itu, 53 persennya disebabkan oleh penurunan hasil pertanian dan dampak kesehatan 34 persen.

Metana adalah kontributor gas rumah kaca kedua setelah karbon dioksida untuk perubahan iklim. Dalam waktu 100 tahun memiliki potensi pemanasan global 28 kali lebih besar daripada karbon dioksida dan 84 kali lebih kuat dalam skala waktu 20 tahun.

Karenanya, sangat relevan dengan tujuan iklim 2050. Selain itu, dianggap sebagai polusi udara lokal yang kuat dan kontributor pembentukan ozon, yang dengan sendirinya menyebabkan masalah kesehatan serius. Sekitar sepertiga dari emisi metana antropogenik global berasal dari sektor energi.

Seiring waktu, metana telah menjadi bahaya dan perhatian utama para peneliti. Ini dikarenakan, metana adalah produk alami dan sering muncul di penggalian bawah tanah, penyebab beberapa kecelakaan dengan konsekuensi bencana yakni mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, lebih dari faktor risiko lain dalam sejarah pertambangan.

Kasus Ledakan Metana

Pada Desember 2022, ledakan tambang batu bara milik PT Nusa Alam Lestari, Sawahlunto, Sumatera Barat menewaskan sepuluh pekerja. Ledakan diduga akibat gas metana. Namun, kasus ledakan atas kecelakaan tambang di sini bukan pertama kalinya, menurut data Mongabay, setidaknya ada lima kejadian yang menewaskan setidaknya 51 orang.

Bukan hanya terjadi di Indonesia, November 2022, ledakan metana di tambang batu bara di Kazakhstan tengah menewaskan sedikitnya lima pekerja dan melukai empat orang lainnya, menurut laporan AFP.

Sebulan sebelumnya, BBC menyebut, 41 orang tewas setelah ledakan tambang batu bara di Turki utara, ungkap Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki.

Di tahun yang sama, pada bulan April, menurut Euronews Serbia, delapan orang meninggal dunia dan 20 lainnya luka-luka setelah sebagian lubang tambang melepaskan gas metana dan membuat para penambang terjebak di Serbia tengah.

Sementara di tahun dan bulan yang sama, lima orang tewas dan tujuh lainnya terjebak di sebuah tambang batu bara di Polandia, yang disebabkan ledakan oleh metana.

Kecelakaan pertambangan batu bara dapat terjadi dalam proses penambangan dan memiliki beberapa penyebab, termasuk mudah meledaknya metana. Dengan banyaknya bencana yang terjadi, diperburuk oleh kurangnya dan/atau penegakan hukum, beberapa orang menyebut, insiden ini bukan sebagai kecelakaan, tetapi bencana yang disebabkan oleh manusia.

Di seluruh dunia, ribuan penambang meninggal setiap tahun akibat kecelakaan pertambangan batu bara, dengan jumlah kematian terbesar di Cina. [rif]