Scroll untuk baca artikel
Lingkungan

Limbah Makanan Berkontribusi Bagi Perubahan Iklim dan Kelaparan

Redaksi
×

Limbah Makanan Berkontribusi Bagi Perubahan Iklim dan Kelaparan

Sebarkan artikel ini

Saat ini, kita terjebak dalam siklus buruk soal limbah makanan, perubahan iklim, dan kelaparan.

BARISAN.CO – Sepertiga makanan yang diproduksi untuk konsumsi manusia hilang atau terbuang secara global. Jumlahnya diperkirakan sekitar 1,3 miliar ton per tahun atau sekitar US$1 triliun.

Makanan hilang adalah ketika makanan rusak saat berpindah melalui rantai pasokan, misalnya susu tumpah dan pisang yang membusuk. Sedangkan, makanan yang terbuang adalah ketika makanan yang dapat dimakan atau kelebihan makan dibuang oleh pengecer atau konsumen. Seperti saat memesan terlalu banyak makanan dan tidak dihabiskan.

Konsumen di negara-negara kaya membuang makanan hampir sama banyaknya dengan seluruh produksi makanan bersih di Afrika sub-Sahara setiap tahun. Di negara berkembang, 40 persen kerugian terjadi pada tingkat pasca panen dan pengolahan. Sedangkan, di negara-negara industri, lebih dari 40 persen kerugian terjadi di tingkat ritel dan konsumen.

Secara keseluruhan, Asia bertanggung jawab atas lebih dari 50 persen limbah makanan dunia. Angka ini meningkat seiring benua menjadi lebih kaya, lebih urban, dan berpenduduk. Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) menyebut, jika 20 juta dari 1,3 miliar ton makanan terbuang di dunia dapat dikurangi, maka akan berdampak signifikan bagi sistem pangan global pada akhir dekade ini.

Laporan lain, yang diterbitkan oleh kelompok penelitian kolaboratif yang berbasis di AS dan Eropa, mengatakan bahwa sejumlah besar karbon dioksida dapat dihemat jika hanya satu dari lima orang di negara-negara kaya membuat dua perubahan besar pada konsumsi makanan mereka: mengurangi limbah makanan dan mengadopsi pola makan nabati.

Memangkas setengah limbah makanan global pada tahun 2030 menjadi salah satu prioritas utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ini adalah salah satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan organisasi.

Saat ini, kita terjebak dalam siklus buruk soal limbah makanan, perubahan iklim, dan kelaparan. Makanan yang terbuang membutuhkan energi, tanah, air, dan tenaga kerja untuk memproduksi, menyimpan, memanen, mengangkut, mengemas, dan menjual.

Semua makanan yang membusuk atau terbuang menghasilkan gas rumah kaca yang berkontribusi bagi perubahan iklim. Mengutip Move for Hunger, pertanian menyumbang 70 persen dari air yang digunakan di seluruh dunia, limbah makanan juga pemborosan besar sumber daya air tawar dan air tanah.

Membuang dua pon daging sapi, sama dengan membuang 50.000 liter air yang digunakan untuk memproduksi daging tersebut. Hampir 1.000 liter air terbuang sia-sia ketika kita membuang satu gelas susu begitu saja.

Jutaan galon minyak terbuang setiap tahun untuk menghasilkan makanan yang tidak dimakan. Kebanyakan orang tidak mempertimbangkan dampak negatifnya terhadap keanekaragaman hayati.

Jika kita berhenti menyia-nyiakan makanan, emisi global dapat berkurang hingga 8 persen, membebaskan lahan dan sumber daya berharga, serta menghemat cukup makanan untuk memberi makan 2 miliar orang yang kelaparan. [rif]