BARISAN.CO – Tidak dapat dipungkiri, meski kerabat atau teman dekat, pinjam-meminjam dapat memicu masalah yang tidak terduga. Memang, kerapkali sulit rasanya untuk kita menolak permohonan pinjaman dari orang terdekat. Seringnya dorongan rasa tidak enak yang membuat kita sulit untuk menolak.
Padahal, dalam memberikan pinjaman ada beberapa faktor yang mesti kita pertimbangkan, semisal karakter peminjam; amanah atau tidak, dan juga kemampuan finansial peminjam; apakah mampu mengembalikan pinjaman atau tidak. Namun, seringnya hal ini justru dikesampingkan.
Akhirnya, niat membantu kita malah jadi dimanfaatkan.
Ada pesan moral yang relevan mengenai meminjamkan uang kepada orang dekat dari William Shakespeare, “Jangan meminjamkan uang kepada teman atau keluarga, sebab seringkali hal itu akan menyebabkan hilangnya uang serta hubunganmu,” dikutip dari novelnya berjudul “Hamlet”.
Jangan Asal Meminjamkan Uang ke Orang Dekat, Pertimbangkan Lagi!
Sedihnya, sudah apes utang tidak dibayar kadang hubungan pertemanan malah menjadi renggang. Kendati sudah dilunasi masih juga sulit untuk menormalkan hubungan baik itu lagi.
Sementara itu, dalam banyak kesempatan, pinjam-meminjam dengan orang dekat kebanyakan tidak dilandasi dengan kesepakatan yang jelas, seperti kapan waktu bayarnya, apa sanksi apabila menunggak, dan lain sebagainya.
Hal-hal demikian justru lebih melelahkan dan menjebak pikiran kita ke dalam kebingungan. Ingin menagih pun kadang sungkan, apalagi kalau sudah ditagih berkali-kali tidak dihiraukan, malah jadi kesal sendiri.
Di banyak kejadian, uang yang dipinjamkan sebetulnya bukanlah uang berlebih atau berasal dari dana darurat yang dipersiapkan untuk menalangi atau membayar kebutuhan tertentu di kemudian hari. Tapi, seringnya kita terpaksa meminjamkan uang tersebut lantaran tidak enak atau hati kita luluh karena kasihan.
Sialnya, ada saja yang tega seenaknya mengembalikan pinjamannya. Tidak peduli temannya sedang butuh untuk memenuhi kebutuhannya. Lagi-lagi, kesepakatan yang tidak jelas malah dimanfaatkan, dan bukannya karena teman dekat lalu memprioritaskan untuk melunasi segera.
Beberapa orang malah ada yang menjadikan utang layaknya kebiasaan. Maksudnya, apabila bila ia berutang dan sudah melunasinya, ia malah akan berutang lagi kemudian dengan jumlah nominal yang mungkin lebih besar.
Sudah begitu, kadang informasi kalau kita ringan tangan meminjamkan uang ke orang dekat malah jadi dimanfaatkan oleh orang-orang lain untuk berutang ke kita.
Kadang, Jadi Canggung untuk Bertemu
Karena perkara pinjam-meminjam, kadang untuk bertemu menjadi canggung, apalagi dengan keluarga sendiri, yang mestinya ketika bertemu di acara keluarga biasa saja, malah kadang keluarga yang meminjam uang kepada kita tampak tidak nyaman untuk berinteraksi.
Makin rumit, kalau ada anggota keluarga lain yang mengetahui soal pinjaman tersebut belum lunas. Kadang, ada saja yang berusaha menggali informasi perihal pinjaman itu mengapa belum lunas. Padahal, kita sebagai peminjam merasa tidak enak menyebarkan privasi orang, dan sulit rasanya untuk menutup rapat-rapat.
Namun demikian, tentu kita tidak boleh menafikan adanya orang-orang terdekat kita yang amanah dalam meminjam uang. Bahkan, bagi mereka, meminjam uang kepada orang terdekatnya karena memang sudah buntu dengan solusi-solusi yang lain.
Artinya, meminjamkan uang kepada orang terdekat harus dipertimbangkan secara logis kemungkinan yang bakal terjadi. Kadang, nilai pertemanan juga dapat dilihat dari bagaimana teman kita berutang kepada kita. Apakah sesuai komitmen atau malah berbelit-belit. Jangan sampai, utang setitik rusak kekerabatan selamanya. [rif]