Scroll untuk baca artikel
Terkini

Waketum PII: Indonesia Tidak Bisa Hanya Mengandalkan SDA

Redaksi
×

Waketum PII: Indonesia Tidak Bisa Hanya Mengandalkan SDA

Sebarkan artikel ini

Perekonomian Korsel memang menjadikan insinyur sebagai profesi fundamental yang bergengsi bagi keberhasilan negaranya. Para lulusan teknik sangat diminati di setiap sektor di sana. Banyak organisasi di sana yang mengembangkan solusi inovasi dan kreatif untuk membuat produk menarik dengan bantuan para insinyur.

Ilham mengatakan selama 50 tahun terakhir, Korea Selatan berinvestasi mendorong lebih banyak insinyur. Pernyataan itu sesuai karena Korea Selatan menempati urutan pertama dalam Indeks Inovasi Dunia Bloomberg 2021 yang mengukur 50 negara teratas dunia menggunakan berbagai kriteria dengan tujuh metrik berbobot sama, termasuk pengeluaran penelitian dan pengembangan, kemampuan manufaktur, dan konsentrasi perusahaan publik berteknologi tinggi.

Maka, tak mengherankan jika Korea Selatan begitu maju. Bahkan, beberapa perusahaan teknologinya mengkhususkan diri dalam teknologi seperti Al, AR/VR, cybersecurity, Fintech, Green Tech, dan IoT.

Dia membeberkan alasan Korsel mengembangkan teknologi, selain memiliki SDM unggul, di sana tidak ada sumber daya alam. Sedangkan kasus di sini, Ilham membeberkan sebab terlalu banyak pilihan SDA yang terkadang justru menghambat insinyur.

Ilham melanjutkan, hanya ada sedikit sekali negara yang benar-benar maju dan sejahtera karena SDA yang melimpah.

“Brunei penduduknya berapa? Atau UEA penduduknya berapa paling cuma 3-4 juta. Memang dia 10 juta tapi banyak expert di situ. Satu negara bisa sejahtera berdasarkan sumber daya alam, itu bisa saja negara kecil. Tapi seperti Indonesia? Jadi kapan pun dan dalam keadaan apa pun, kapan pun kita tidak akan bisa sejahtera dengan struktur ekonomi seperti itu,” lanjut Ilham.

Peranan Insinyur di Indonesia Amat Dibutuhkan

Ilham menegaskan perlu adanya peranan insinyur untuk membuat Indonesia lebih maju. Namun, kenyataannya, dia justru melihat karena keadaannya belum sesuai harapan. Bagi ilham, kebijakan ekonomi saat ini belum memungkinkan untuk menghasilkan industri berkembang lebih baik.

Akan tetapi, Ilham menambahkan bukan berarti kebijakan selama ini tidak berpihak, namun kebijakannya mungkin masih bisa disempurnakan.

“Thailand, Malaysia, dan Vietnam jauh lebih agresif daripada kita. Kalau mau kompetitif, tidak melihat kenyataannya bahwa kita itu sendirian di dunia ini. Kalau kita mau menarik perhatian kapital, orang masuk ke Indonesia sebagai investor, kita harus kompetitif dengan yang lain di dunia ini. Apalagi, yang di sekitar kita,” tambah Ilham.

Dia menyayangkan, struktur industri belum menunjukkan kebutuhan bagi banyak insinyur, yang apabila suatu hari ingin membangun pabrik asing atau domestik, insinyur senior masih kurang sehingga yang terjadi, mereka cenderung keluar dari indonesia.