Scroll untuk baca artikel
Blog

Warisan Leluhur, Filsafat Nusantara Mulai Luntur

Redaksi
×

Warisan Leluhur, Filsafat Nusantara Mulai Luntur

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Sepatutnya bangsa ini memiliki kebanggaan, karena Tuhan memberikan rahmat dan memberikan pintu hikmah di balik sejarah. Nilai-nilai dan karya budaya bangsa patut dilestarikan dan dijaga sebagai budaya warisan leluhur yang tidak dimiliki bangsa lain. Karena bangsa ini lahir dari akar budaya lokal yang terus berkembang.

Warisan leluhur mulai dari bercocok tanam, berternak, bermasyarakat. Lalu mulai mendirikan pemerintahan, baik berdirinya kerajaan atau keraton sebagai pusat pemerintahan. Begitupun pola hidup masyarakat menjadi laju pusat kebudayaan.

Sebagai pusat kebudayaan meninggalkan beragam karya baik berupa bangunan maupun karya lainnya. Peninggalan bersejarah yang bersifat monumental berupa bangunan bersejarah mempunyai nilai seni yang tinggi dan masih dapat kita nikmati hingga sekarang.

Peninggalan itu seperti candi prambanan peninggalan kerajaan mataram, candi penatan peninggalan kerajaan mahapahit, candi borobudur, masjid demak, serta istana yang ada di surakarta (solo) dan istana yang ada di yogyakarta yang tetap eksis hingga sekarang.

Selain peninggalan bersejarah berupa bangunan fisik yang bersifat monumental, ada pula berupa karya sastra. Karya tersebut sungguh membuat kekaguman, bahkan bangsa lain patut iri kepada bangsa Indonesia selain kekayaan alamnya.

Karya sastra tersebut seperti kitab ramayana merupakan peninggalan kerajaan mataram, mahabharata merupakan peninggalan kerajaan Medang, arjuna wiwaha karya empu kanwa yang merupakan peninggalan kerjaan kahuripan, baratayudha karya empu sedah dan empu panuluh yang merupakan peninggakan kerajaan kediri, negara kertamagama karya empu prapanca yang merupakan peninggalan kerajaan majapahit.

Begitu juga peninggalan kerajaan Islam maupun para wali, baik berupa serat maupun suluk. Warisan leluhur dari Walisongo, seperti Sunan Kalijaga meninggalkan karya syair jawa dan gamelan.Ada juga uluk syekh al-bari merupakan peninggalan kerajaan demak, serat nitipraya merupakan peninggalan kerajaan mataram.

Bangsa ini harus percaya sepenuhnya bahwa tidak mungkin sebagai seorang yang beriman, akan berbuat kelakuan yang tidak semestinya atau berbuat keji seperti melupakan warisan budaya.

Jika ada perbuatan semacam itu, mereka yang tidak percaya dengan hasil cipta rasa karsa manusia dari para leluhur dan karunia Tuhan. Bangsa Indonesia patut bersyukur atas karunia-Nya, tidak patut untuk berbuat kerusakan atau melupakannya.

Belajar pada sejarah. Cerita kerajaan Mataram yang terpecah menjadi empat kerajaan yakni Surakarta, Ngayogyakarta, Mangkunegara dan Pakualaman yang keempatnya telah kehilangan kekuasaan politik, kenegaraan dan otoritas pemerintahan yang diambil alih di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial belanda.

Penjajahan tersebut membuktikan bahwa Belanda iri kepada kita sebab bangsa ini memiliki beragam budaya dan kekayaan alam.

Kebanggaan ini harus terpatri. Meski leluhur kita di kerajaan telah kehilangan kekuasaan politik dan kekuasaan pemerintah. Namun masih memiliki kekuatan yang luar biasa dengan beraktifitas di istana sebagai lambang rohani atau kebudayaan spiritual.

Karena leluhur kita memiliki pemikiran cemerlang dan menjaga wibawa kekuasaanya sebagai pusat kebudayaan.

Pola pikir semacam itu, sebagai bangsa yang berbudaya diharapkan menjadi momentum untuk tetap aktif berkarya dan saling memperkuat tali persatuan dan kesatuan.

Sungguh diluar batas kekuatan yang tidak dimiliki bangsa lain. Dengan persatuan dan kesatuan mampu bersama hingga menjadi negara yang memiliki banyak pulau dengan kekayaan alam yang melimpah.

Kolom

Nusantara dari Sabang sampai Merauke di era Soekarno