Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Mata Budaya

Warisan Leluhur, Filsafat Nusantara Mulai Luntur

:: Lukni Maulana
18 Juli 2021
dalam Mata Budaya
Warisan Leluhur

Pasar Apung Martapura/Foto: Barisan.co

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

BARISAN.CO – Sepatutnya bangsa ini memiliki kebanggaan, karena Tuhan memberikan rahmat dan memberikan pintu hikmah di balik sejarah. Nilai-nilai dan karya budaya bangsa patut dilestarikan dan dijaga sebagai budaya warisan leluhur yang tidak dimiliki bangsa lain. Karena bangsa ini lahir dari akar budaya lokal yang terus berkembang.

Warisan leluhur mulai dari bercocok tanam, berternak, bermasyarakat. Lalu mulai mendirikan pemerintahan, baik berdirinya kerajaan atau keraton sebagai pusat pemerintahan. Begitupun pola hidup masyarakat menjadi laju pusat kebudayaan.

Sebagai pusat kebudayaan meninggalkan beragam karya baik berupa bangunan maupun karya lainnya. Peninggalan bersejarah yang bersifat monumental berupa bangunan bersejarah mempunyai nilai seni yang tinggi dan masih dapat kita nikmati hingga sekarang.

Peninggalan itu seperti candi prambanan peninggalan kerajaan mataram, candi penatan peninggalan kerajaan mahapahit, candi borobudur, masjid demak, serta istana yang ada di surakarta (solo) dan istana yang ada di yogyakarta yang tetap eksis hingga sekarang.

BACAJUGA

Husni Mubarok

Pengakuan Agama Lokal Nusantara, Perlu Perjuangan Panjang

15 Juli 2021
Pimpinan Sunda Empire Rangga Sasana

Misi Perdamaian Sunda Empire Jadi Pertimbangan Meringankan Hukum

27 Oktober 2020

Selain peninggalan bersejarah berupa bangunan fisik yang bersifat monumental, ada pula berupa karya sastra. Karya tersebut sungguh membuat kekaguman, bahkan bangsa lain patut iri kepada bangsa Indonesia selain kekayaan alamnya.

Karya sastra tersebut seperti kitab ramayana merupakan peninggalan kerajaan mataram, mahabharata merupakan peninggalan kerajaan Medang, arjuna wiwaha karya empu kanwa yang merupakan peninggalan kerjaan kahuripan, baratayudha karya empu sedah dan empu panuluh yang merupakan peninggakan kerajaan kediri, negara kertamagama karya empu prapanca yang merupakan peninggalan kerajaan majapahit.

Begitu juga peninggalan kerajaan Islam maupun para wali, baik berupa serat maupun suluk. Warisan leluhur dari Walisongo, seperti Sunan Kalijaga meninggalkan karya syair jawa dan gamelan.Ada juga uluk syekh al-bari merupakan peninggalan kerajaan demak, serat nitipraya merupakan peninggalan kerajaan mataram.

Bangsa ini harus percaya sepenuhnya bahwa tidak mungkin sebagai seorang yang beriman, akan berbuat kelakuan yang tidak semestinya atau berbuat keji seperti melupakan warisan budaya.

Jika ada perbuatan semacam itu, mereka yang tidak percaya dengan hasil cipta rasa karsa manusia dari para leluhur dan karunia Tuhan. Bangsa Indonesia patut bersyukur atas karunia-Nya, tidak patut untuk berbuat kerusakan atau melupakannya.

Belajar pada sejarah. Cerita kerajaan Mataram yang terpecah menjadi empat kerajaan yakni Surakarta, Ngayogyakarta, Mangkunegara dan Pakualaman yang keempatnya telah kehilangan kekuasaan politik, kenegaraan dan otoritas pemerintahan yang diambil alih di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial belanda.

Penjajahan tersebut membuktikan bahwa Belanda iri kepada kita sebab bangsa ini memiliki beragam budaya dan kekayaan alam.

Kebanggaan ini harus terpatri. Meski leluhur kita di kerajaan telah kehilangan kekuasaan politik dan kekuasaan pemerintah. Namun masih memiliki kekuatan yang luar biasa dengan beraktifitas di istana sebagai lambang rohani atau kebudayaan spiritual.

Karena leluhur kita memiliki pemikiran cemerlang dan menjaga wibawa kekuasaanya sebagai pusat kebudayaan.

Pola pikir semacam itu, sebagai bangsa yang berbudaya diharapkan menjadi momentum untuk tetap aktif berkarya dan saling memperkuat tali persatuan dan kesatuan.

Sungguh diluar batas kekuatan yang tidak dimiliki bangsa lain. Dengan persatuan dan kesatuan mampu bersama hingga menjadi negara yang memiliki banyak pulau dengan kekayaan alam yang melimpah.

Warisan lelhur melalui karya sastra, ternyata mampu menangkapnya dan mewarisinya. Maka banyak sastrawan dan budayawan yang lahir di bumi nusantara yang malang melintang sampai ke manca negara seperti WS Rendra, Taufik Ismail, Afandi, Cak Nun maupun olimpiade sains yang selalu menang di arena kejuaraan.

Filsafat Pribumi

Bahkan anehnya pada tahun 1940 Prof. Dr.I.J Brugmans, sarjana Belanda dengan gegabahnya mengatakan bahwa negara kita tercinta tidak ada “Filsafat Pribumi” (autochtone philosophie) tetapi  yang ada adalah “Filsafat Barat”. Jadi orang Indonesia tidak dapat berbicara tentang filsafat pribumi (Nusantara).

Filsafat Nusantara adalah raga dan jiwa bangsa Indonesia, sehingga Prof. Dr. P.J Zoet Mulder menyanggah pernyataan Brugmans. Zoet Mulder mengatakan ada perbedaan filsafat nusantara dengan filsafat barat. Filsafat nusantara memiliki akar filsafat ketimuran. Di barat filsafat sebagai kerja otak, sedangkan filsafat nusantara untuk mengisi jiwa dan alam pikir.

Warisan leluhur filsafat nusantara memang jika di barat mempelajari filsafat demi ilmu. Hanya ilmu demi ilmu, seperti seni untuk seni. Padahal seni tidak hanya untuk seni, tapi untuk perjuangan maupun kemasyarakatan.

Filsafat nusantara memberikan hikmah terpenting yakni pucak filsafat tidah menghasilkan aktivitas pemikiran yang membelenggu, namun mengenal Tuhan dan ciptaan-Nya.

Jadi filsafat nusantara adalah Ngelmu yakni sarana untuk menghayati segala hasil cipta, raya, dan karya. Sehingga mencapai kesempurnaan atau kamuksaan menjadi hamba yang dekat dengan Tuhan, dan menemukan indah di atas keindahan sebagai akhir tujuan hidup.

Maka sebagaiman pernyataan Brugmans, perlu mempelajari warisan leluhur dalam filsafat nusantara. Seperti kesusastraan yang bernilai seni tinggi, sebagaimana pujangga Ranggawarsita dan Mangkunegara IV mencapai puncak filsafat nusantara.

Dokumen bersejarah dan karya yang ditulis para pujangga atau ahli sastra yang mengandung unsur-unsur filsafat nusantara. Seperti, Serat Wedhatama, Serat Kalatidha, Serat Centini, Serat Hidayat Jati, Wulang Reh, cerita wayang  Mahabharata maupun Ramayana. Itu belum karya-karya yang membaur di masyarakat, seperti lagu rakyat, mitologi, babad, maupun pitutur budaya lokal.

Nikmat mana yang didustakan, Tuhan telah memberikan karunia yang tidak dimiliki bangsa lain. Warisan leluhur bangsa ini, membuat iri bangsa lain. Bahkan ada bangsa lain yang mengaku-aku-i kekayaan budaya Indonesia.

Namun demikian jangan pernah bertindak emosional. Sehingga terjebak pada kekerasan dan perpecahan. Mudah-mudahan kita tetap istiqamah dan tetap bersyukur atas segala karunia-Nya.

Wahai pewaris budaya yang selalu menjaga warisan leluhur. Semoga para leluhur menjadi seperti garam di lautan, asin terasa tapi tidak kelihatan. Tentunya jangan seperti lipstik, kelihatan tapi tidak terasa.

Topik: Kerajaankesusasteraan NusantaraNusantara
Lukni Maulana

Lukni Maulana

Kegilaan adalah langkah awal dan setiap perjalanan langkah menuju mati

POS LAINNYA

Ellya
Mata Budaya

Ellya dalam Lakon Monolog “Bidadari Kesepian”

15 Mei 2022
puisi puasa
Mata Budaya

Puisi Puasa dan Puisi Idul Fitri

4 April 2022
ibu uun
Mata Budaya

Ibu Uun, Semangat yang Tak Pernah Surut

26 Maret 2022
Teater RSPD
Mata Budaya

Teater RSPD dan Eti Sudarman

22 Maret 2022
kuaci matahari sufi
Mata Budaya

Kuaci Matahari Sufi

21 Maret 2022
menata hati
Mata Budaya

Menata Hati

20 Maret 2022
Lainnya
Selanjutnya
Michele Morrone, Foto dan Penghakiman Manusia

Michele Morrone, Foto dan Penghakiman Manusia

Waspada Gelombang Ketiga Covid-19 di RI yang Lebih Parah

Waspada Gelombang Ketiga Covid-19 di RI yang Lebih Parah

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Kolaborasi dan Ekosistem, Penopang Model Bisnis Bank Digital

Kolaborasi dan Ekosistem, Penopang Model Bisnis Bank Digital

20 Mei 2022
ekspor beras DKI Jakarta

Peristiwa Bersejarah, DKI Jakarta Ekspor Perdana Beras ke Arab Saudi

20 Mei 2022
Kesusastraan jawa

Kesusastraan Jawa, Tinjauan Umum dan Jenisnya

20 Mei 2022
Polusi Membunuh 9 Juta Orang di Dunia Tiap Tahunnya

Polusi Membunuh 9 Juta Orang di Dunia Tiap Tahunnya

20 Mei 2022
Surplus/Defisit (Rp Triliun), 2000-2022

Surplus/Defisit (Rp Triliun), 2000-2022

20 Mei 2022
berharaplah kepada allah

Berharaplah Kepada Allah, Hati Jadi Tenang

20 Mei 2022
Fakta-fakta Seputar Minyak Goreng Curah yang Batal Dilarang Penjualannya

Ekspor Kembali Diizinkan Meski Harga Minyak Goreng Masih Tinggi, Bukti Ketidakbecusan Menteri Jokowi

20 Mei 2022

SOROTAN

Kasus Ruhut Sitompul
Opini

Kasus Ruhut, Waktu yang Tepat Rekonsiliasi

:: Yayat R Cipasang
16 Mei 2022

Kasus Ruhut Sitompul

Selengkapnya
Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Mewabah Gegara Tergiur Impor Ternak Murah

Penyakit Mulut dan Kuku Kembali Mewabah Gegara Tergiur Impor Ternak Murah

11 Mei 2022
Ganjar Little Jokowi

Ganjar Little Jokowi, Untung atau Buntung?

8 Mei 2022
politik kadal gurun

Kisah Kecebong, Kampret dan Kadal Gurun

6 Mei 2022
Benarkah Bule Itu Pasti Kaya? Tidak!

Benarkah Bule Itu Pasti Kaya? Tidak!

5 Mei 2022
Kesalehan Sosial dan Islamophobia

Jilbab, Kesalehan Sosial dan Islamophobia

1 Mei 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang