BARISAN.CO – Saat ini Indonesia tengah menghadapi gelombang kedua Covid-19. Tak berbeda dari negara lainnya, kasus positif Covid-19 di tanah air pun terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Worldmeter hingga Sabtu (17/7/2021) pagi, angka kasus harian Covid-19 di Indonesia mencapai 54.000 kasus. Indonesia kini menempati rangking ke-15 di dunia setelah Polandia.
Tingginya kasus positif ini relevan dengan kondisi di lapangan. Jumlah bed rumah sakit yang terbatas, langkanya oksigen dan juga obat-obatan. Di beberapa daerah, lahan pemakaman mulai penuh membuat pemerintah setempat membuka lahan baru khusus untuk jenazah Covid-19.
Kondisi ini sangat memprihatinkan. Tak hanya tenaga kesehatan saja yang kewalahan, pemerintah pusat pun sudah mulai ketar-ketir. Mereka pun memperpanjang masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, yang semula dari 3 – 20 Juli 2021 menjadi sampai akhir Juli 2021.
Jika berkaca pada negara tetangga, seperti Malaysia, ada kemungkinan PPKM Darurat akan diperpanjang lagi jika kondisi masih sama atau makin memburuk.
Ekonom MNC Sekuritas Tirta Citradi melalui risetnya melaporkan gelombang kedua serangan virus corona akan berakhir sekitar September. Jika itu terjadi, Tirta memperkirakan kasus Covid-19 di Indonesia pada September akan mencapai 5,42 juta.
Meski gelombang kedua Covid-19 diprediksi akan selesai dua bulan lagi, Indonesia tidak boleh senang dulu, karena sejarah pandemi flu 1918 kemungkinan akan berulang. Pandemi Covid-19 bisa saja berlangsung hingga gelombang ketiga.
Seperti yang diungkapkan Komite Darurat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (15/7/2021), akan ada kemunculan virus varian baru yang lebih berbahaya dan sulit dikendalikan daripada Delta.
Prediksi itu berdasarkan hasil pemantauan WHO terkait peningkatan kasus Covid-19 di dunia yang mencapai setengah juta infeksi corona per harinya. Saat ini mayoritas disebabkan oleh Delta, tapi ada kemungkinan munculnya virus yang lebih baru lagi di masa depan.
Jika memang prediksi WHO ini terjadi, maka ancaman gelombang ketiga Covid-19 di Indonesia tidak bisa dielakkan.
Saat ini sejumlah negara telah menghadapi gelombang ketiga, seperti Hongkong, Malaysia, Australia dan Iran. Bahkan keempat negara tersebut sedang bersiap-siap menghadapi gelombang keempat Covid-19.
Kemunculan Virus Varian Baru Asal Indonesia
Indonesia tak hanya perlu mewaspadai masuknya virus varian baru asal negara lain, tapi juga virus varian lokal. Dicky Budiman, pakar penyakit menular, epidemiolog, dan dosen di Griffith University Australia mengatakan virus akan mengalami mutasi setiap kali pindah inang.
Akibatnya, virus tersebut bisa saja menguat atau melemah. Jika menguat, peluang virus berubah menjadi ganas akan meningkat jika terus menyebar.
Menurutnya pada negara-negara yang menghasilkan varian mutasi baru ini, umumnya positivity rate – nya jauh di atas 10 persen atau tidak terkendali.
“Menurut saya, di Indonesia sudah ada varian asli Indonesia yang tidak ditemukan di dunia. Kita perlu surveillance genome (pemantauan genom virus) yang memadai,” katanya yang dikutip dari dw.com.
Untuk menghadapi ancaman varian corona jenis baru, WHO menekankan pentingnya penggunaan masker, penahanan fisik, kebersihan tangan, ruang ventilasi di gedung-gedung dan vaksinasi.
Memvaksinasi setidaknya 10 persen dari populasi di setiap negara pada September mendatang adalah salah satu kunci untuk mengurangi infeksi Covid-19. Maka, negara-negara kaya sebaiknya berbagi vaksin Covid-19 kepada negara – negara miskin.
Diskusi tentang post ini