Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Teknologi Virtual Reality, Solusi untuk Semua Fobia

Redaksi
×

Teknologi Virtual Reality, Solusi untuk Semua Fobia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Perkembangan teknologi yang sangat pesat terutama di bidang teknologi informasi tengah membawa kita melalui suatu transformasi digital.

Transformasi digital ini berdampak bagi seluruh aspek kehidupan dan memudahkan manusia dalam mengatasi berbagai persoalan.

Dikutip dari BBC, transformasi digital telah membantu seseorang dalam mengatasi ketakutannya pada fobia ketinggian atau acrophobia. Wanita itu bernama Fay Nugent (48 tahun). Ia berhasil menghilangkan rasa takutnya akan ketinggian sejak umur 30 tahun menggunakan Virtual Reality.

Virtual Reality adalah teknologi yang membuat pengguna dapat berinteraksi dengan lingkungan yang ada dalam dunia maya yang disimulasikan oleh komputer (computer – stimulated environtment), sehingga pengguna merasa di dunia nyata.

Menurut Fey, terapi yang memanfaatkan Virtual Reality itu memakan waktu sekitar dua minggu. Pertemuannya diadakan sebanyak 5-6 kali dengan durasi 30 menit.

Hasilnya sangat menakjubkan, bahkan sekitar 70 persen peserta terapi  yang menderita acrophobia sudah tidak takut ketinggian lagi.

“Baru-baru ini saya berada di eskalator di Finlandia yang memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan saya sudah tidak takut lagi,” katanya.

Teknologi Virtual Reality ternyata tidak hanya mengatasi fobia ketinggian saja, tapi juga ketakutan yang lain seperti pada jarum suntik.

Tentu saja ini adalah kabar gembira karena bisa mendukung program vaksinasi Covid-19 guna mengatasi penyebaran virus corona. Sebab, banyak orang yang enggan vaksinasi karena takut jarum suntik.

Ketakutan akan jarum suntik biasanya terjadi pada anak kecil. Mereka dibayangi-bayangi rasa nyeri saat atau setelah penyuntikan. Tak sedikit, orang dewasa juga mengalaminya.

American Psychiatric Association’s Diagnostic and Statistical Manual of Health Disorder menyebut kondisi orang fobia jarum suntik, darah dan cedera disebut trypanophobia.

Seseorang dengan trypanophobia biasanya mengalami tekanan darah tinggi dan detak jantung meningkat beberapa jam atau hari menjelang perawatan medis. Saat kejadian, tekanan darah mereka bisa turun dengan cepat bahkan mungkin pingsan.

Untuk mengatasinya, penderita trypanophobia bisa mengonsumsi obat anti kecemasan atau penenang dan melakukan terapi.

Di Denmark, para peneliti menggunakan teknologi Virtual Reality untuk mendorong orang melakukan vaksinasi Covid-19. Mereka membuat gim realitas virtual, di mana pemainnya memakai kacamata dan bermanuver melalui kerumunan yang terinfeksi di alun-alun kota. Hasilnya, peserta memutuskan untuk mendapatkan suntikan Covid-19.

“Kami tahu dari penelitian serupa bahwa setelah orang melalui pengalaman realitas virtual ini, niat mereka untuk divaksinasi meningkat,” ungkap Robert Bohm, profesor psikologi di Universitas Kopenhagen mengutip VOA Indonesia.

Di Indonesia sendiri, teknologi seperti ini juga sudah hadir berkat para peniliti yang tergabung dalam MedisVar. Mereka membuat aplikasi Virtual Reality untuk membantu para calon penerima vaksin atau pasien yang memiliki ketakutan terhadap jarum suntik.

Aplikasi Virtual Reality ini diberinama PainCoVR (Pain Cover for Covid-19 Vaccination using VR) yang tersedia di Playstore.