BARISAN.CO – Apakah saat ini kamu sedang merasakan kelelahan akibat Work From Home (WFH)? Jika iya, bisa jadi kamu terserang sindrom burnout, apa itu?
Sindrom burnout adalah kondisi hilangnya motivasi pada seseorang, terutama saat hal yang ia kerjakan tidak mendatangkan hasil yang sesuai harapannya. Definisi ini dikemukakan Psikolog Amerika Serikat, Herbert Freudenberger pada tahun 1974.
Saat itu, ia dan para sukarelawan yang bekerja di klinik merasakan penurunan emosional dan menunjukkan perilaku negatif seperti mudah marah, gampang menangis, serta muncul perasaan menjadi korban.
Teori ini terus berkembang dari waktu ke waktu, namun dapat disimpulkan sindrom burnout sebagai respon dari stres dan tekanan pekerjaan dalam jangka waktu lama.
Saat ini, pandemi melanda seluruh dunia. Sejumlah aturan dibuat untuk menekan laju penyebaran virus corona. Di Indonesia misalnya, pemerintah memberlakukan pembatasan sosial, kebijakan bekerja dan sekolah di rumah, dan menutup tempat – tempat hiburan.
Siapa yang menyangka pandemi akan selama ini? Bahkan beberapa waktu lalu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan terus berlaku selama pandemi.
Masyarakat akan mengalami kelelahan akut kalau begitu. Bahkan World Economy Forum pernah melakukan kajian terhadap 31 juta pekerja dari 21 ribu perusahaan. Hasilnya, sebanyak 50 persen orang menjawab WFH berdampak pada lamanya waktu bekerja. Ada juga peningkatan email yang dikirimkan yakni sebanyak 5 persen dan penurunan waktu rapat sekitar 18,6 menit.
Sebuah aplikasi komunitas workplace juga melakukan survei terhadap 3 ribu pekerja dari 40 perusahaan. Penelitian ini menunjukkan 68 persen responden mengaku merasakan kelelahan mental yang lebih tinggi dari sebelum pandemi.
Artinya ada hubungan antara kelelahan mental dengan WFH saat pandemi.
Kondisi ini menarik perhatian sejumlah praktisi dan akademisi. Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran (Unpad) Iceu Amara DA, S.Sos., S.Kep., Ners., M.Kes memperingatkan serangan burnout saat pandemi.
“Kalau kelelahan fisik saja dengan istirahat bisa selesai. Kalau kelelahan emosional, dengan istirahat saja belum tentu selesai. Maka harus ada intervensinya,” ujar Iceu dalam Webinar dan Talkshow “Say No to Burnout: Be More Productive” yang digelar Mahasiswa Program Profesi Ners Fkep Unpad, Minggu (8/8/2021) lalu.
Khususnya bagi mereka yang sudah berkeluarga berisiko tinggi terkena sindrom burnout. Bekerja di rumah sembari mendampingi anak sekolah daring. Belum lagi pekerjaan rumah tangga yang harus diselesaikan.
Seperti yang dikutip dari akun Mayapada Hospital tentang pemicu sindrom burnout karena WFH yakni sebagai berikut:
- Terbatasnya kesempatan untuk berinteraksi sosial.
- Jam kerja yang tidak ada batas.
- Tuntutan pekerjaan yang semakin tinggi.
- Terbatasnya sarana untuk melepas stres dan kejenuhan.
- Adanya aktivitas yang terjadi di dalam waktu bersamaan, misalnya mengurus rumah atau mendampingi anak sekolah di rumah.
- Stres atau kecemasan akan masa depan, termasuk membayangkan nasib di dalam pekerjaan, finansial, dan kesehatan.
Iceu menambahkan sindrom burnout dapat mengurangi produktivitas dan energi sehingga membuat seseorang merasa tak berdaya, putus asa, lemah dan cepat marah. “Jika mengalami dalam waktu lama, akan berdampak pada kehidupan sosial, khususnya terhadap pekerjaan,” katanya.
Psikolog Klinis Dewasa Mayapada Hospital Jakarta Selatan (MHJS) Pustika Rucita, B.A., M.Psi., Psikolog mengungkapkan tips mencegah terjadinya sindrom burnout dalam bekerja sebagai berikut:
- Pastikan kebutuhan utamamu sebagai manusia sudah terpenuhi. Mulai dari istirahat yang cukup (minimum 6 jam), konsumsi makanan bernutrisi, olahraga cukup, dan melakukan aktivitas yang disenangi.
- Memulai aktivitas lebih awal pada hari bekerja, sehingga kamu terbiasa untuk mempersiapkan diri dengan tenang.
- Pisahkan ruang bekerja dengan ruang tidur agar kita bisa membedakan antara waktu bekerja dengan istirahat.
- Biasakan diri untuk rehat saat bekerja dengan 2 menit melakukan stretching, 5 menit mengambil minum atau membuat kopi, dan 5 menit menyapa anggota keluarga lain, dan setersunya.
- Buatlah batasan waktu dalam bekerja seperti kapan menutup laptop dan mematikan handphone saat tidur.
- Jika ada beban pekerjaan yang bisa dibagi dengan rekan kerja, maka lakukanlah agar kamu terhindar dari kelelahan yang berlebihan. Namun jika tidak mungkin, maka berlatihlan untuk menpraktikkan konsep “good enough” dibandingkan “perfection”.
- Akhiri harimu dengan mengucapkan terima kasih kepada dirimu sendiri karena telah berusaha cukup baik, lalu pergilah untuk istirahat.
Lakukanlah tips tersebut, sebab jika sindrom burnout dibiarkan akan terjadi ledakan yang membuat kamu merasa sangat lelah dan berdampak bagi kesehatan seperti peningkatan asam lambung. [ysn]