Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

10 Tanda Kamu Tergolong Budak Korporat

Redaksi
×

10 Tanda Kamu Tergolong Budak Korporat

Sebarkan artikel ini

Beberapa orang mungkin tidak menyadari telah menjadi budak korporat.

BARISAN.CO – Setiap orang berhak untuk bebas dari perbudakan. Tapi sekarang, jutaan orang terjebak dalam perbudakan di perusahaan.

Anda pernah mendengar istilah hustle culture? Istilah ini populer beberapa tahun belakangan. Ia merupakan definisi dari budaya yang mendorong karyawan untuk bekerja lebih dari jam kerja normal.

Pekerjaan ada di pikiran mereka bahkan ketika mereka memiliki waktu luang atau pada hari libur. Persyaratan utama dari budaya ini adalah menyelesaikan pekerjaan tepat sasaran dengan kecepatan yang lebih cepat dari biasanya.

Hustle culture boleh dibilang sedang beranjak menjadi fenomena global. Banyak orang di seluruh dunia mengalaminya. Hal ini antara lain sebab pandangan budaya, peraturan tempat kerja, serta variabel sosial ekonomi yang memengaruhi berapa jam orang harus bekerja telah mulai seragam antara satu negara dengan negara lain.

Tak jarang, ini menjadikan para karyawan berubah menjadi budak korporat. Mereka bahkan tak berani untuk memikirkan untuk keluar dari pekerjaan, sebab akan berkonsekuensi buruk bagi dirinya dan keluarganya. Misalnya, meninggalkan pekerjaan tidak hanya berarti kehilangan pendapatan, tetapi juga asuransi kesehatan.

Ini sepertinya tidak manusiawi. Bagi banyak budak korporat, mereka terpaksa bertahan, suka atau tidak suka.

10 Tanda Seorang Budak Korporat

Beberapa orang mungkin tidak menyadari telah menjadi budak korporat. Mengutip Ideapod, berikut ini 10 tanda kita tergolong budak korporat:

Takut datang bekerja. Salah satu tanda terbesar menjadi budak korporat merasakan hal ini. Mungkin merasa terjebak, namun tidak menemukan jalan keluar. Setiap hari di tempat kerja begitu berat.

Dibayar rendah. Gaji menjadi tujuan karyawan agar dapat memenuhi kebutuhannya. Ketika menghasilkan lebih sedikit uang daripada yang seharusnya atas semua jerih payah, maka bisa dipastikan kita menjadi korban dari sistem yang ada.

Tidak merasa bangga dengan pekerjaan. Misalnya, pekerjaan itu tidak meningkatkan potensi atau tidak selaras dengan nilai inti diri kita. Agar merasa puas di tempat kerja, perlu merasa nyaman dengan apa yang kita kerjakan.

Pekerjaan tidak terasa berarti. Ini adalah salah satu perasaan terburuk untuk menyadari kita telah menghabiskan sebagian besar waktu untuk hal yang terasa tidak penting. KIta semua memiliki minat, hasrat, dan gagasan berbeda tentang sesuatu yang berharga. Namun, jika pekerjaan kita tidak memiliki tujuan, kemungkinan besar kita akan seperti budak korporat.

Tidak punya kewenangan. Kebebasan adalah sesuatu yang sangat kita hargai. Namun, dalam banyak kasus, kita tidak berdaya atas keputusan dari manajer. Sehingga, kita terpaksa harus menurutinya.

Tidak ada istilah libur. Saat akhir pekan, atasan menghubungi untuk segera mengirimkan laporan. Bahkan, tak jarang kita diminta ke kantor untuk menemui klien. Saat pekerjaan mengatur hidup kita, tak jarang kita kehabisan tenaga karena pekerjaan telah menelan kita.

Terlalu banyak bekerja. Datang lebih awal dan pulang paling akhir. Atasan terus-menerus membebani terlalu banyak pekerjaan atau tuntutan yang tidak masuk akal.

Tidak dihargai. Usaha kita selalu diremehkan. Tidak pernah mendapatkan ucapan terima kasih atas upaya keras kita. Bahkan, setelah semua kerja keras, begadang hampir setiap hari hingga larut malam untuk memenuhi deadline, tapi atasan tidak sama sekali menghargainya.

Atasan sedikit tiran. Salah satu hal yang paling merendahkan di tempat kerja saat atasan tidak menunjukkan rasa hormat kepada karyawannya. Jika atasan meremehkan atau mencaci maki kta, maka tempat itu bukan lingkungan yang mendukung.