Keabadian menjadi ciri yang menyatu bagi bidadari, sebagaimana keabadian alam akhirat. Menurut Muhammad Ali Al-Sabuni, keabadian inilah yang menjadi salah satu kunci kebahagiaan yang sempurna.
Karena penghuni surga bersama pasangannya berada dalam tempat yang aman dan bersanding hidup dengan pasangan-pasangannya dalam buaian keabadian yang tiada pernah putus.
Dengan begitu keabadian akhirat menurut Al-Sabuni, karena tiada putus, merupakan keabadian yang mutlak, tanpa batas waktu lagi, atau tiada dimensi ruang dan waktu yang membatasinya lagi.
3. Dipingit di dalam kemah mutiara
Muhammad Ali Al-Sabuni berpendapat, bahwa maksud dari maqsūrāt fī al-khiyām, adalah bahwa bidadari di surga hanya berjalan-jalan keliling di sekitar kemah. Bahkan lebih banyak berdiam di dalamnya, tidak keluar karena kehormatan dan kemuliaannya.
Di dalam kemah yang terbuat dari mutiara yang memang disediakan untuk mereka. Mereka membatasi diri hanya dalam ruangan yang terbuat dari mutiara itu.
4. Memiliki adab atau akhlak mulia
Bidadari di surga merupakan wanita-wanita salih yang memiliki akhlak yang sangat mulia di samping rupanya yang sangat cantik.
5. Hanya untuk pasangannya sendiri saja
Ciri bidadari surga, memiliki sifat hanya membatasi pandangan matanya kepada pasangannya saja, dan tidak memandang yang lain, seperti keadaan wanita-wanita pencinta dan penyayang. Jadi kekhususan pasangan menjadi ciri utama bagi bidadari surga.
6. Belum pernah tersentuh, terjamah, dan tersenggamai oleh siapapun
Salah satu sifat utama bidadari adalah keperawanannya yang sejati. Belum pernah ada seseorangpun yang pernah manjamah dan menyenggamainya kecuali pasangannya di surga itu, baik dari manusia maupun jin. Mereka betul-betul perawan yang sejati (ting-ting).
Mengutip pendapat dari kitab al-Tashil, Muhammad Ali Al-Sabuni mengemukakan bahwa penyebutan kalimat lam yatmis hunna insun walā jānn sebanyak dua kali dalam Qs. Al-Rahmān ini, pertama ditujukan bagi kelompok al-sābiqūn, dan yang kedua bagi kelompok ashāb al-yamīn.
Jadi penggambaran sifat-sifat surga untuk masing-masing kelompok orang beriman memiliki perbedaan dan kekhususan sendiri-sendiri, surga bagi kelompok pertama lebih tinggi dibanding bagi kelompok yang berikutnya. Sehingga menurut Muhammad Ali Al-Sabuni, tingkatan bidadari yang diberikan pun berbeda untuk masing-masing kelompok orang beriman.
7. Menyerupai mutiara yang paling mulia
Bidadari di surge menyerupai yāqūt dan marjān dalam kebeningan dan kemerah-merahannya (bersih dan sangat mulus) sampai-sampai tembus pandang.