Scroll untuk baca artikel
Blog

7 Ramadan, Haul Sang Kiai KH. Hasyim Asy’ari

Redaksi
×

7 Ramadan, Haul Sang Kiai KH. Hasyim Asy’ari

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Pondok Pesantren memiliki peran besar dalam proses pendidikan nilai, hal ini tidak terlepas dari peran pengasuhnya yakni kiai. Tokoh kiai karismatik, Kakek dari KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yakni KH. Hasyim Asy’ari. Pada bulan ramadan, bertepatan dengan 7 (tujuh) ramadan merupakan haul Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari.

Pengarang kitab Adabul ‘Alim wal Muta’lim ini bangsawan Majapahit yang lahir di desa Gedang Kabupaten Jombang Jawa Timur. Sedangkan silsilah keturunannya dari raja Brawijaya VI yang dikenal dengan Lembu Peteng. Nama pemberian orangtunya yakni Muhammad Hasyim lahir pada tanggal 24 Dzulqo’dah 1287 atau 14 Februari 1871.

Ayahnya bernama Asy’ari, pendiri pondok pesantren Keras di Jombang. Ibunya bernama Halimah putri Kiai Usman pengasuh dari Pesantren Gedang yang saat ini bernama Pondok Pesantren Tambakberas Jombang. Sedangkan Kiai Usman merupakan santri dan mantu dari Kiai Sihah pendiri Pesantren Tambakberas, saat ini bernama PP Bahrul Ulum Tambakberas Jombang.

Santri kesayangan Kiai Kholil Bangkalan ini sangat dihormati oleh kawan maupun lawannya pada era penjajahan saat itu. Kemampuan di bidang agama dan politik serta sebagai seorang guru ia mendapatkan julukan Hadratus Syekh yang artinya Maha Guru.

Sebagai guru sejati pesantren, ia turut berjuang membela negara, menjelang akhir hidupnya kerap kali Bung Tomo dan panglima besar Jenderal datang ke Pondok Pesantren Tebuireng. Sedangkan fatwanya yang luar biasa dalam membela negara yakni fatwa jihad yang dikenal dengan Resoulsi Jihad.

KH. Hasyim Asy’ari meninggal dunia pada tanggal 7 Ramadan 1366 atau tepat pada tanggal 25 juli 1947. Sebagai seorang kiai, pendidik, dan pejuang KH. Hasyim Asy’ari diakui sebagai pahlawan kemerdekaan nasional.

Karya

Sebagai seorang kiai bergelar hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang memiliki kecerdasan dan keilmuan dari berbagai macam bidang. Baik bidang fikih, hadis, tasawuf, maupun tata bahasa arab. Adapun karya-karya KH. Hasyim Asy’ari yakni:

Pertama, Adabul ‘Alim wal Muta’alim. Kitab ini biasanya diajarkan kepada santri baru. Berisi tentang etika atau adab seorang santri dalam menuntut ilmu.

Kedua, Ziyadah Ta’liqat.  Kitab pandangan KH. Hasyim As’yari yang sangat kontroversial saat itu, sebab pada masa itu perempuan acapkali tidak boleh mengenyam pendidikan. Kitab Ziyadah Ta’liqat terkait penjelasan dan jawaban KH. Hasyim As’yari terhadap kritikan KH. Abdullah bin Yasin al Fasuruwani terkait anjuran perempuan mengenyam pendidikan.

Ketiga, An-Nur Al-Mubin Fi Mahabbati Sayyid Al Mursalin. Kitab ini telah diterjemahkan oleh Khoiron Nahdhiyin berjudul Cinta Rasul Utama. Sebab kita An-Nur Al-Mubin ini berisi tentang makna dan arti cinta kepada Rasulullah Saw dengan cara mengikuti dan mengamalkan sunnahnya.

Lalu ditambahkan kitab karya KH. Hasyim Asy’ari sebagai pendamping yakni kitab Al-Tanbihat Al-Wajibah Liman Yasna’ Al-Maulid bi Al-Munkarat, kitab tentang nasehat dalam merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Dan masih banyak lagi kitab karya KH. Hasyim Asy’ari seperti, Risalah Al-Jama’ah, An-Nur Al-Mubin Fi Mahabbati Sayyid Al Mursalin, Hasyiyah ‘Ala Fathi Syeh Zakaria Al-Ansori Al-Rahman Bi Syarh Risalah Al-Wali.

Begitu juga dengan kitab Al Durar Al-Munqatirah Fi Al-Masa’il Tis’a ‘Asyara, berisi tentang kajian penting mengenai tasawuf yakni persolan penting tentang tarikat dan Al Risalah Al-Tauhidiyah tentang pembahasan teologi Ahlussunnah wal jama’ah.