Scroll untuk baca artikel
Blog

Ketika ‘The Untold Story’-nya Habibie Diluncurkan

Redaksi
×

Ketika ‘The Untold Story’-nya Habibie Diluncurkan

Sebarkan artikel ini

Meski sudah wafat, namun kisah hidup Habibie tak pernah habis untuk digali. Kali ini kisahnya dibukukan dalam “Saya Bacharuddin Jusuf Habibie (The Untold Story)”.

BARISAN.CO – Presiden RI B.J. Habibie memang sudah wafat pada 11 September 2019, namun kisah hidupnya tak pernah habis untuk digali. Kali ini sebuah buku tebal berjudul “Saya Bacharuddin Jusuf Habibie (The Untold Story)” diluncurkan pada Sabtu, 29 Januari 2022 di The Habibie Center Jakarta.

Peluncuran buku ke-56 yang ditulis Andi Makmur Makka terselenggara berkat kerjasama The Habibie Center, Penerbit Republika, Dompet Dhuafa, dan Mapiptek (Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Saya ditunjuk pembawa acara memberi sambutan mewakili Mapiptek, organisasi jurnalis dan para penulis Iptek yang saya ikuti sejak tahun 1996.

Buku ini selain ditulis berdasarkan penuturan BJ Habibie sendiri, juga mengisahkan berbagai sisi lain dalam perjalanan hidupnya dari sejak kecilnya, pada masa mudanya, hingga menjadi ilmuwan di Jerman, dan sebagai eksekutif top di industri pesawat terbang di negara Eropa tersebut.

Habibie kemudian diminta Presiden Suharto kembali ke Indonesia untuk membangun industri strategis antara lain kedirgantaraan. Prestasinya ini dan peran pentingnya di pemerintahan kemudian mendorongnya untuk dipilih sebagai Presiden RI menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri.

Andi Makmur Makka, tokoh pers yang cukup dekat dengan BJ Habibie sejak sebagai Menristek/Ketua BPPT hingga menjadi Presiden ke-3 RI kemudian menuliskan penuturan Habibie dengan cermat dan dilengkapi dengan hasil wawancara selama 10 hari yang dilakukannya sepanjang 2005.

Makmur, alumni UGM asal Makassar itu tercatat selain pernah menjadi staf ahli bidang informasi untuk Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) juga menjadi pemimpin redaksi Harian Republika (1997-2000), surat kabar yang didirikan ICMI, organisasi para cendekiawan muslim yang diprakarsai dan dipimpin Habibie.

Serangkaian buku karyanya tentang Habibie, antara lain adalah “Mr. Crack dari Parepare”, “Soeharto & Habibie”, “B.J. Habibie – the Power of Ideas” serta “Habibie: Kecil Tetapi Otak Semua” telah disusunnya juga sebelum ini.

Dari 77 bab bukunya yang ke-56 tersebut, antara lain berjudul: “Tetangga Kami Pak Harto”, “Saya Ngotot ke Jerman”, “Metode, Fungsi dan Teori Habibie”, “Industri Dirgantara Hampir Gagal”, “Pola Pikir Pak Harto yang Sederhana”, “N-250 Tercanggih dalam Kelasnya”, “Bank Dunia Milik Siapa Sih”, “De-Habibinasi”, “Jika Saya Tidak Menyetujui Instruksi Pak Harto”, “Timor Timur Tidak Lagi Jadi Beban” hingga “Tidak Harus Seorang Presiden” yang dibatasi Makmur Makka pada warisan Habibie dari sisi iptek yang relevan dengan isu sekarang.

Makmur Makka mengaku telah menuliskan buku barunya tersebut hingga sekitar 1.000 halaman. Namun tulisannya terpaksa dipotong penerbitnya menjadi hanya 498 halaman, untuk penyesuaian harganya. Karena itu ia menjanjikan akan melanjutkan menulis buku tentang BJ Habibie.

Menurut dia, perjalanan, tindakan dan pemikiran Habibie sangat penting untuk dituangkan dalam tulisan sebagai sumber inspirasi bagi generasi berikutnya.

BJ Habibie, menurut dia, merupakan ilmuwan dan negarawan yang telah meletakkan fondasi berbagai kebijakan yang sangat dibutuhkan untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Dalam peluncuran buku ini, juga hadir para pembicara:

  1. DR. Ir. Ninok Leksono Dermawan (Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta yang juga pendiri Mapiptek);
  2. Dr. Ir.Unggul Priyanto (Kepala BPPT periode 2014-2019);
  3. Dr. Ir. Bambang Setiadi (Mantan Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN));
  4. Umar Juoro, MA, M.AP.E. (Ketua Institut Demokrasi dan Ekonomi The Habibie Center).

Menurut Ninok Leksono, peluncuran buku mengenai BJ Habibie kali ini bukan sekadar peluncuran buku, tetapi bisa memberi kesempatan kita mereaktualisasi gagasan Habibie yang diselaraskan dengan era kekinian.

Ia mendukung visi pembangunan yang diamanatkan Presiden pertama RI Soekarno, bahwa kemajuan bangsa dipengaruhi dua teknologi yaitu kedirgantaraan dan kemaritiman. Habibie dahulu mampu menjadi pemimpin berbagai lembaga dengan fondasi iptek dan menggagas banyak kebijakan serta memacu generasi muda menguasai iptek melalui program beasiswa keluar negeri.