Oxfam menyerukan peningkatan perpajakan yang sistemik dan luas dari orang super kaya, minimal 60%.
BARISAN.CO – Perbedaan antara emisi karbon orang kaya dan orang miskin di suatu negara sekarang lebih besar daripada perbedaan emisi antarnegara, menurut laporan “Climate Inequality Report 2023“.
Laporan itu mengungkapkan, bahaya kemiskinan dan kerentanan terhadap iklim berkorelasi dan saling menguatkan satu sama lain. Banyak daerah berpenghasilan rendah kehilangan produktivitas pertanian sebesar 30% bahkan lebih karena iklim yang memperparah kemiskinan dan kerawanan pangan.
Ketimpangan ini juga membuat lebih dari 780 juta orang di seluruh dunia menghadapi risiko gabungan dari kemiskinan dan banjir yang parah, kebanyakan di negara-negara berkembang, tambah laporan itu.
Di dalam negara, orang miskin disebut yang paling menderita kerugian akibat dampak iklim daripada kelompok kaya. Kerugian pendapatan dari bahaya iklim dari 40% terbawah diperkirakan meningkat menjadi 70% di negara berpenghasilan menengah dan negara berpenghasilan rendah.
Selain emisi, orang kaya juga memperparah ketimpangan ekonomi. Satu persen terkaya meraih hampir dua pertiga dari semua kekayaan baru senilai $42 triliun yang diciptakan sejak tahun 2020, hampir dua kali lipat uang dari 99 persen populasi dunia terbawah, ungkap laporan Oxfam yang dirilis pada 16 Januari 2023.
Laporan “Survival of the Richest” itu diterbitkan tepat di hari pembukaan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss. Para elite berkumpul di resor ski Swiss karena kekayaan ekstrem dan kemiskinan ekstrem meningkat secara bersamaan untuk pertama kalinya dalam 25 tahun.
Peningkatan kekayaan miliarder begitu luar biasa. Selama tahun-tahun pandemi dan krisis biaya hidup sejak 2020, US$26 triliun (63 persen) dari semua kekayaan baru diambil oleh satu persen orang terkaya, sementara U$16 triliun (37 persen) disalurkan ke seluruh dunia jika digabungkan.
Di tahun 2022, kekayaan miliarder meningkat pesat dari bidang makanan dan energi. Di Indonesia, berdasarkan pantauan Barisanco, kekayaan Low Tuck Kwong, yang memiliki perusahaan tambang batu bara, Bayan Resources per 31 Januari 2023 pkl 23.37 WIB, kekayaannya mencapai US$28,3 miliar. Padahal, tahun 2021, kekayaannya US$2,22 miliar. Sementara, tahun 2022, data Forbes Indonesia’s 50 Richest menyebut, kekayaannya US$12,1 miliar.
Tuck Kwong pindah ke Indonesia pada tahun 1972. Di tahun 1997, dia mengakuisisi tambang batu bara pertamanya. Dari laman resmi Bayan Resources, Tuck Kwong menargetkan perusahaannya meraih lebih dari 50 juta ton batu bara per tahun.
Maka, tak mengherankan, jika Oxfam menyerukan peningkatan perpajakan yang sistemik dan luas dari orang super kaya. Menurut Direktur Eksekutif Oxfam International, Gabriela Bucher, memajaki orang super kaya adalah prasyarat strategis untuk mengurangi ketimpangan dan menghidupkan kembali demokrasi.
Dia menyampaikan, cara ini agar layanan publik lebih kuat, masyarakat lebih bahagia dan sehat, serta untuk mengatasi krisis iklim, dengan berinvestasi pada solusi yang melawan emisi gila-gilaan dari orang paling kaya.
Oxfam menyarankan agar pemerintah meningkatkan pajak permanen pada satu orang terkaya, minimal 60 persen dari pendapatan mereka dari tenaga kerja dan modal, dengan tarif yang lebih tinggi untuk multi-jutawan dan miliarder.
Pajak kekayaan satu persen orang terkaya dengan tarif yang cukup tinggi untuk secara signifikan mengurangi jumlah dan kekayaan orang terkaya dan mendistribusikan kembali sumber daya ini, termasuk penerapan pajak warisan, properti dan tanah, serta pajak kekayaan bersih. [dmr]