Realisasi APBN 2024 dinilai mengecewakan oleh Bright Institute, menunjukkan tantangan besar dalam mencapai target ambisius APBN 2025, terutama pada penerimaan pajak dan pertumbuhan ekonomi.
BARISAN.CO – Lembaga riset ekonomi Bright Institute angka-angka realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 tidak sesuai harapan. Kinerja yang mengecewakan tersebut membuat target-target pemerintah di 2025 menjadi semakin berat dan bahkan tak lagi realistis.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan menyampaikan laporan realisasi sementara APBN 2024 dalam konferensi pers pada Senin (6/1/2025) lalu di Jakarta. Dalam konferensi pers tersebut, pemerintah mengklaim kinerja APBN 2024 tetap sehat dan kredibel.
Ekonom Senior Bright Institute Awalil Rizky, menunjukkan penilaian yang berbeda. Ia melihat kinerja yang ditampilkan dalam angka-angka realisasi sementara tersebut memperberat pengelolaan APBN di 2025.
“Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan pemerintah dalam pengelolaan APBN 2025 yang sedang berjalan ini. Yang pertama, APBN 2025 menargetkan pendapatan sebesar Rp3.005 triliun. Jika dibanding realisasi sementara 2024, maka target memerlukan kenaikan sebesar 5,72 persen dari 2024. Meski bukan mustahil, namun target kenaikan tersebut memerlukan realisasi kinerja kenaikan lebih dari dua kali lipat dari tahun 2024 yang hanya naik 2,10 persen,” ujar Awalil dalam webinar yang diadakan dilaksanakan pada Rabu (06/01/2025) sore.
Hal yang lebih mengkhawatirkan terjadi di realisasi penerimaan pajak yang hanya Rp1.932,4 triliun atau 97,2 persen dari targetnya. Dengan target APBN 2025 sebesar Rp2.189,3 triliun, maka pemerintah perlu mencapai kenaikan sebesar 13,29 persen tahun ini.
“13,29 persen ini merupakan target kenaikan yang sangat tinggi jika dilihat data historis selama ini. Apalagi ditambah dengan kondisi perekonomian 2025 yang diproyeksikan belum akan lebih baik dari tahun 2024,” ujar Awalil.
Penerimaan pajak jenis Pajak Penghasilan (PPh) mengalami realisasi yang di bawah target atau shortfall terdalam yakni hanya 93,2 persen dari target APBN 2024. Untuk mencapai target APBN 2025, penerimaan PPh harus naik 13,79 persen di tahun ini.
“Target ini sudah tidak lagi realistis berdasar data historis dan kondisi perekonomian terkini,” jelas Awalil.
Menurut Awalil, shortfall penerimaan pajak dan perpajakan memberi indikasi perekonomian sedang lesu yang mana transaksi ekonomi dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tak sesuai harapan. “Ini terkonfirmasi pula dalam laporan tersebut bahwa pertumbuhan ekonomi hanya 5% atau di bawah target 2024,” ujarnya.
Berkebalikan dengan klaim pemerintah yang mengatakan kinerja APBN 2024 masih sehat dan kredibel dengan beberapa indikator melampaui target, Awalil melihat klaim-klaim keberhasilan pemerintah atas realisasi APBN ini cenderung menyembunyikan indikasi lain yang semestinya menjadi perhatian.