Kecoak Politik
Dasar kau kecoak politik
Makhluk dungu tak tau malu
Terbang kesana kemari menebar cerita palsu
Betapa kau penjahat lugu
Kau berlagak seperti pejuang
Padahal kau lebih rendah dari pecundang
Dasar kau kecoak politik
Hobimu menjaga tai tuanmu
Kau beri parfum agar selalu wangi
Kau bumbui cerita agar terlihat mulia
Inilah tragedi demi sesuap nasi
Dalam balutan nestapa aku melihat mu dari balik semak semak zaman
Kau mati dibawah alas kaki tuan mu
Yogyakarta , 29 Desember 2020
Absurditas
Hujan tak henti hentinya membasahi tanah jogja
Aroma tanah menguap berubah menjadi sepotong cinta
Matahari hari ini terlihat malu dan rapuh
Karena ia kalah oleh hawa dingin yang menyelusup masuk melalui sela sela rindu
Di pelosok Negeri seorang wanita mengadu kepada Tuhan
Sambil menangis ia mengutuk keadaan
Namun tetap saja Tuhan bisu seribu bahasa
Perlahan tapi pasti keadaan semakin buruk
Wanita yang tadinya berharap , akhirnya harus memutuskan untuk kecewa kepada Tuhan
Namun tetap saja Tuhan bisu seribu bahasa .
Gerimis kecil kembali turun membasahi tanah jogja
Kali ini wanita itu memutuskan untuk larut bersama gerimis kecil itu
Sambil duduk bersimpuh ia luapkan kekecewaan itu kepada Tuhan
Tetapi kali ini Tuhan menjawab dengan tetesan air yang larut bersama air mata wanita itu .
.
Yogyakarta , 14 Desember 2020
Rindu Selalu Mengawasiku
Rindu marah kepada ku
Lagi – lagi ini soal puisi – puisi ku
Kata rindu ; sudahlah , walau kau tulis seribu puisi keadaan tetap saja suram . Rakyat yang kau banggakan itu tidak mampu berbuat apa apa
Diluar rumah rintik hujan turun perlahan
Aku hanya diam menatap dari balik jendela
Rindu berlalu ke dapur sambil setengah kesal ia berteriak ; idealisme mu akan membuat mu susah
Aku menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan
Tiba – tiba mata ku tertuju pada sekuntum mawar merah basah
Betapa anggun dan berbahaya
Seketika aku tersenyum sambil bergumam dalam hati ternyata kata kata rindu lebih tajam dari puisi – puisi ku .
Yogyakarta , 30 Desember 2020
Miftah Rinaldi Harahap, lahir pada tanggal 16 September 1995 di Tapanuli Selatan. Kemudian hijrah ke tanah Jogja untuk berkuliah di Fakultas Filsafat UGM. Saya dapat lulus dan sekarang resmi menyandang gelar sebagai beban negara. Belakangan untuk mengisi waktu luang saya dengan beraktivitas di komunitas New Nativ dan Garbi Jogja.