Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Alergi Dermatitis Atopik, Apa dan Bagaimana Mengatasinya

Redaksi
×

Alergi Dermatitis Atopik, Apa dan Bagaimana Mengatasinya

Sebarkan artikel ini

Dewasa ini kejadian alergi terus meningkat, seperti halnya asma alergika, rhinitis alergika, dermatitis atopik. Kejadian kasus ini memperlihatkan cikal bakal alergi yang berlanjut hingga dewasa.

Dermatitis atopik sendiri saat ini sedang ramai diperbincangkan di dunia maya. Seperti yang dirilis Liputan6.com hal itu lantaran ada seorang pria dengan akun Instagram @papeeryuzio berbagi sebuah pengalaman pahit tentang penyakit dermatitis atopik yang menyerang bayinya.

Bayi bernama Ryu menderita dermatitis atopik yang menurut sang ayah dipicu oleh tangan-tangan yang mencubit pipi anaknya saat sedang hadir dalam suatu acara. Pria tersebut begitu marah dengan kejadian yang menimpa anaknya.

Pria ini menjadi geram karena pipi anaknya mengalami luka . Dedih melihat putra kesayangannya harus tersiksa menahan rasa gatal sekaligus sakit. Efek cubitan yang diperkirakan pria itu sebagai awal mula munculnya dermatitis atopik di pipi anaknya menjadi pro kontra di dunia maya. Banyak yang membenarkan tapi banyak juga yang menyanggahnya dengan alasan medis dari para dokter yang ikut mengomentari.

Allergic March merupakan istilah untuk sebuah proses perjalanan alergi mulai dari bayi (terhadap alergen makanan). Sampai kemudian berlanjut menjadi asma dan rhinokonjungtivitis (pilek dan mata merah) dikemudian hari.  

Alergi ini juga erat kaitannya dengan riwayat orang tua. Jika salah satu orang tua mempunyai riwayat alergi, maka peluang memiliki buah hati dengan kondisi yang sama sebesar 50%. Sedangkan yang tidak memiliki riwayat sekalipun, para peneliti masih menyatakan adanya peluang terjadi alergi, sebesar 20-25%.

Kejadian alergi ini dapat dipicu oleh paparan dini terhadap polusi, infeksi virus, dll. Bahkan ada beberapa peneliti yang menunjukkan bahwa jamur di dinding rumah juga meningkatkan risiko terjadi alergi di kulit (dermatitis atopik) pada bayi yang sangat muda. Semakin muda muncul sebuah reaksi alergi march, semakin berpeluang menjadi asma dan atau rhinoconjungtivitis di kemudian hari.

Alergi pun perlu juga perlu kita kenali derajat serangannya, karena secara medis dapat berupa serangan ringan sampai berat. Contoh serangan asma ringan dapat berupa muncul keluhan sesak tetaapi anak terkadang masih dapat beraktifitas, dan mengucapkan kalimat tanpa terbata bata.

Serangan dermatitis atopik yang ringan dapat berupa muncul ruam agak gatal, sedangkan anak masih dapat tidur pulas. Selebihnya serangan alergi tersebut, dapat pula yang sampai mengancam jiwa sehingga perlu segera mencari pertolongan ke rumah sakit (UGD) terdekat.

Pencegahan terhadap paparan adalah usaha terbaik dan wajib dilakukan oleh orang tua untuk mengurangi kejadian alergi. Sedangkan untuk sang buah hati yang sudah terlanjur memiliki “bakat” alergi, segera konsultasikan lebih lanjut ke dokter anak ataupun sub spesialis alergi dan imunologi anak terdekat anda.

Penting ini untuk mendapatkan terapi medis dan pemeriksaan pemeriksaan yang ditujukan untuk mengenali jenis alergen, seperti pemeriksaan imunoglobulin darah, tes kulit (skin prick test), uji provokasi, dll.

Dengan melakukan pengenalan alergen dan pencegahan dalam kehidupan sehari hari, kami harapkan, buah hati kita dapat tumbuh kembang optimal dan ceria dalam menjalani hari harinya ke depan.