Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Kapan Anak Saya Diberi Obat Cacing?

Redaksi
×

Kapan Anak Saya Diberi Obat Cacing?

Sebarkan artikel ini

Pertanyaan seperti diatas sering muncul saat orangtua berkonsultasi dengan dokter. Kasus kecacingan berdasarkan hasil survey kesehatan pada dasarnya masih banyak terdapat di Indonesia terutama pada keluarga yang masih kurang sadar pada PHBS (prilaku hidup bersih dan sehat). Kasus ini paling banyak terjadi pada anak usia sekolah 5 – 14 tahun. Penyakit kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, diantaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah yang disebut juga soil transmited helminthiasis.

Para pakar banyak mengatakan bahwa kerugian akibat kecacingan tidak terlihat secara langsung, karena itu penyakit ini sering dianggap sepele. Kecacingan dapat menyebabkan anemia (kurang darah), berat bayi lahir rendah, gangguan ibu bersalin, lemas, mengantuk, malas belajar, IQ menurun, prestasi dan produktivitas menurun. Dari IDAI menunjukan jenis cacing yang banyak menyerang adalah cacing gelang (Ascaris Lumbricoides), cacing tambang (Ankylostoma Duodenale dan Necator Americanus), dan cacing cambuk (Trichuris Trichuria).

Cacing ini menyerang pada individu yang daya tahan tubuhnya masih rendah. Adapun faktor faktor yang mempengaruhinya adalah iklim tropis, kesadaran akan kebersihan yang masih rendah, sanitasi yang buruk, kondisi sosial ekonomi yang rendah, serta kepadatan penduduk.

Dikatakan lebih lanjut, satu ekor cacing dapat menghisap darah, karbohidrat dan protein dari tubuh manusia. Cacing gelang menghisap 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 gram protein, cacing cambuk menghisap 0,005 mL darah, dan cacing tambang menghisap 0,2 mL darah.

Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Gangguan dapat berupa gangguan usus ringan, seperti mual, nafsu makan berkurang, diare atau konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak dapat menyebabkan malabsorbsi sehingga memperberat keadaan malnutrisi dan penurunan status kognitif pada anak sekolah dasar.

Efek serius akan terjadi bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi obstruksi usus (ileus). Pada keadaan tertentu, cacing dewasa dapat menjalar ke saluran empedu, apendiks, atau ke bronkus sehingga menimbulkan keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan operatif.

Terdapat juga tipa cacing yang dapat memasukkan kepalanya ke mukosa usus, sehingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan pada mukosa usus. Ditempat perlekatan tersebut, dapat pula terjadi perdarahan. Selain itu, cacing juga mengisap darah hospes sehingga menyebabkan anemia. Gejala yang timbul pada anak-anak adalah diare yang diselingi sindrom disentri, anemia, berat badan menurun, dan prolapsus rektum.

Begitu banyaknya manifestasi dari serangan cacing ini, sehingga para orang tua sekali lagi penulis mengingatkan untuk menjadikan PHBS sebagai kegiatan yang wajib dilakukan sehari hari. Mulai dari keluar rumah maupun pulang ke rumah, kita maupun buah hati kita, harus dalam keadaan bersih pula.

dr. Pandih, Sp.A, RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang