Asma merupakan gejala dari reaksi alergi yang berupa sesak nafas sampai terdengar mengi, tanpa demam yang bisa menyerang anak anak mulai usia bayi, anak, dan remaja. Serta mempunyai permasalahan masing-masing dengan implikasi khusus pada penatalaksanaannya. Munculnya reaksi asma ini dapat diawali dari peran faktor genetik, sensitisasi dini oleh alergen dan polutan, infeksi virus, serta masalah lingkungan sosio-ekonomi dan psikologi anak.
Penting juga untuk ayah bunda mengenali bahwa asma terdiri dari konsep. Yaitu klasifikasi serangan dan tingkat kekambuhan. Hal ini menjadi penting untuk menentukan langkah pertama yang perlu diambil ketika anak muncul gejala asma. Serangan asma dibedakan menjadi serangan ringan dan sedang-berat. Serangan ringan bisa kita amati apakah sang buah hati mulai tampak sesak dan masih dapat berjalan ataupun menangis keras.
Untuk anak yang sudah dapat berbicara, pada serangan ringan masih dapat berkomunikasi dalam bentuk kalimat. Dan apabila beristirahat masih nyaman dalam kondisi berbaring. Serangan yang lebih berat dapat dijumpai kondisi sesak yang lebih berat dengan terdengar mengi pada saat bernafas. Komunikasi dalam bentuk kata kata yang terputus, sering beristirahat dalam posisi duduk ataupun bertopang dengan tangan (tripod position). Bibir anak berwarna kebiruan (sianosis), dan apabila kita melihat kondisi dada dan cara bernafas anak, akan tampak terikan dinding dada.
Untuk anak yang mendapati serangan ringan, bisa diberikan obat inhalasi atau spray yang sudah diresepkan oleh dokter (mungkin butuh alat spacer untuk anak yang lebih muda) 1-2x semprot di rumah. Jangan lupa untuk melonggarkan pakaian. Dan untuk serangan yang lebih berat, ayah bunda harus lebih waspada. Dan dapat memberikan obat inhalasi sekaligus membawa sang buah hati ke sarana gawat darurat terdekat untuk mendapat penanganan lebih lanjut.
Sangat disarankan kepada ayah bunda bahwa dalam melakukan terapi anak asma. Para tenaga medis (dokter dan dokter anak) memerlukan pencatatan yang cukup rapi, berupa frekuensi serangan, lama serangan, intensitas serangan, kualitas tidur, riwayat pemakaian obat-obatan pengendali asma sebelumnya. Hal ini menjadi penting karena pada asma dengan tingkat kekambuhan yang cukup sering, akan diberikan terapi jangka menengah sampai jangka panjang dengan harapan menurunkan terulang kembalinya serangan asma.
Terlebih dari itu semua, ayah bunda wajib memperhatikan hal hal apa saja yang dapat menjadi alergen sang buah hati. Bisa jadi berupa sesuatu yang dihirup (debu, bulu hewan, serbuk sari tumbuhan, dll) dan juga makanan (susu, telur, seafood, dan protein lain). Dengan mengamati, menemukan, dan menghindari, maka secara alami kita bisa menurunkan angka kekambuhan serangan anak.