Ternyata jawaban yang didapatkan Umar bin Khatab, sama dengan jawaban dari Abu Bakar. Penolakan lamaran Abu Bakar dengan Umar bin Khatab ternyata menyebar sampai Madinah.
Ali memang sudah tahu niatan Abu Bakar untuk meminang Fatimah, Ali menyadari bahwa Abu Bakar merupakan sahabat Rasulullah yang paling dekat. Ia yang menemani Rasulullah Hijrah, bahkan abu bakar mendapatkan gelar As-shidiq berarti orang yang dapat dipercaya.
Bahkan Rasulullah Muhammad, mengatakannya sendiri bahwa orang yang paling banyak jasanya adalah Abu Bakar. Jiwa Ali merasa kecil dihadapan sabahat-sahabat Rasulullah.
Rasulullah bersabda mengenai diri Abu Bakar As-Shidiq:
“Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya bagiku dalam hal pershahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh mengambil kekasih dari umatku, tentulah Abu Bakar orangnya. Akan tetapi yang ada adalah persaudaraan Islam dan berkasih sayang dalam Islam. Janganlah tersisa satu pun pintu di masjid melainkan pintu Abu Bakar” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 3904).
Sebagai seorang pemuda yang kuat, Ali mencoba menggembirakan dirinya dengan lebih tekun bekerja. Berusaha memendam cintanya kepada Fatimah. Selang beberapa waktu, Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah Az-Zahra ditolak. Tentu Ali merasa senang dan gembira, bukan berarti ia rasakan itu karena Abu Bakar ditolak melainkan rasa hatinya yang masih terkondisikan untuk tetap mencintai Fatimah sehingga cinta itu tidak luntur.
Namun tiba-tiba, setelah Abu Bakar sahabat Umar bin Khatab meniatkan diri untuk mencoba melamar Fatimah. Ali mendengar kabar itu, hati dan perasaan Ali sedikit goyah kembali.
Ali menyadari posisinya, apa lagi ia termasuk yang paling muda di antara sahabat Rasulullah. Rasa hormat menjadi suatu yang tidak bernilai. Tentu saja sahabat-sahabat seperti Abu Bakar, Umar dan Usman lebih dekat dengan Rasulullah. Pantas kiranya jika para sahabat yang dekat dengan Rasulullah mendapatkan Fatimah.
Sahabat Umar bin Khatab layak menjadi menantu Rasulullah yang bersandingkan dengan wanita mulia Fatimah Az-Zahra. Apalagi Rasulullah selalu menyanjung Umar bin Khatab dengan sikapnya yang tegas dalam menegakkan agama Allah:
“Dan yang paling tegas dalam menegakkan urusan Allah (syari’at-Nya) adalah ‘Umar” (HR. At-Tirmidziy no. 3791)
Selang beberapa waktu Ali mendengar kabar kalau Rasulullah juga menolak niatan Umar bin Khatab meminang Fatimah. Kembali perasaan hati Ali merasakan kepuasan, cintanya semakin membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja dan lebih mendekatkan diri kepada cinta yang hakiki yakni mencintai Allah sebagai segala sumber cinta.