Sahabat Ali mencoba menasihati Ali untuk mencoba, apa salahnya mencoba. Jika mencoba saja tidak pernah dilakukan, apa kita mengerti hasilnya. Jika ingin mencapai tujuan, tapi tidak melakukan perjalanan menuju tempat tujuan sama saja pembohong. Ali perlahan-lama mulai bangkit untuk berani melamar Fatimah berkat dorongan para sahabatnya.
Hingga tiba waktunya Ali bin Abi Thalib memberanikan diri mendatangi Rasulullah untuk mengutarakan keinginannya melamar Fatimah. Sesuai kata hatinya bahwa is benar-benar begitu mencintai Fatimah.
Ali sudah berhadapan langsung empat mata dengan Rasulullah, namun mulut yang ingin mengucap tiba-tiba terdiam seribu bahasa. Badan dan seluruh perasaannya semakin bergetar, debaran jantungnya semakin meninggi. Ia semakin menjadi laki-laki lemah, tak berdaya dan tidak bisa berbuat apa-apa.
Ali mencoba menenangkan dirinya sejenak, batinnya mengharap cinta Allah menyebut kalam suci Allah semoga hatinya tersinar kekuatan yang maha kuat. Dengan suara pelan dan sedikit bergetar, kata demi kata keluar dari mulut Ali
“Ya…Rasulullah, kedatanganku ke sini berkeinginan untuk meminang putrimu Fatimah.”
Mendengar pemaparan Ali, Rasulullah menunjukan sikap tenang. Lalu Rasulullah berkata kepada Ali, “Wahai Ali bin Abi Thalib, beberapa waktu ini banyak diantara para sahabatmu berkeinginan melamar putriku, tapi selalu aku tolak. Maka tungguhlan jawaban dari putriku Fatimah.”
Lalu Rasulullah sejenak meninggalkan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Fatimah. Jantung Ali semakin berdetak kencang, tidak sabar mendengar jawaban Fatimah. Begitupun wajahnya semakin pucat, pikirannya semakin takut. Andai ditolak, bagaimana perasaan cintaku yang telah lama terpendam ini. Apakah perasaan hatiku dapat menerima. Itulah sedikit apa yang dirasakan Ali.