Scroll untuk baca artikel
Blog

Alip Ba Ta yang Tidak Pernah Membosankan Didengar

Redaksi
×

Alip Ba Ta yang Tidak Pernah Membosankan Didengar

Sebarkan artikel ini

Misalnya, kalau kita perhatikan kolom komentar di video-video awal kemunculan Alip, banyak di antara para Alipers (sebutan untuk penggemar Alip Ba Ta) mengajukan satu dua kalimat spekulasi. Mereka mengatakan, kurang lebih, bahwa, “Kalau elo udah populer, akan tiba saatnya elo rekaman dengan latar studio, pakai gitar harga mahal, dan dilengkapi peralatan standar produksi musik. Tunggu saja, Bang.”

Kita tahu sampai sekarang komentar semacam itu belum bersentuhan dengan kenyataan. Alip bukan orang kebanyakan yang bisa diukur dan mudah diprediksi dengan asumsi ekonomi. Satu-dua perubahan yang mencolok barangkali hanyalah merk gitarnya, dari yang awalnya Yamaha CPX600 berubah menjadi Cort NDX20.

Merk pertama dipatok seharga kisaran Rp2,7 juta dan merk kedua berkisar Rp4,7 juta. Perubahan itu tentu saja terasa insignifikan bagi YouTuber yang meraih jumlah pelanggan (subscriber) sebanyak 4,17 juta orang hanya dalam kurun 3 tahun.

Banyak Alipers tidak ingin idola mereka berubah. Kolom-kolom komentar YouTube Alip dipenuhi harapan agar buruh forklift tersebut tetap sederhana dan membumi.

Bagi sejumlah besar orang, tak disangsikan bahwa harapan-harapan akan hal demikian teramat penting. Sebab, apa yang ditampilkan Alip Ba Ta barangkali juga adalah tentang rasa identitas yang membuat orang-orang merasa aman untuk menjadi bagiannya.

Alip, dengan begitu, bukan sekadar menghibur dengan kemampuan fingerstyle. Ia adalah juga sebuah imaji akan sesuatu yang dekat, seorang abang yang mengajari adiknya, seorang teman yang mudah dijumpai, seorang tetangga yang membahagiakan dan membawa manfaat, dan, bagi banyak orang Indonesia, hal-hal semacam itu sangat berharga dan layak dicintai lebih dari apapun. []