BANYAK pengamat dan analis politik yang menyatakan Anies Rasyid Baswedan popularitasnya bakal meredup pasca lengser dari jabatan gubernur DKI Jakarta 16 Oktober 2022. Hanya sebagian kecil yang menyebut justru Anies bakal moncer dan elektabilitasnya terus meningkat karena Anies justru semakin bebas dan bisa membuat panggung sendiri.
Kenyataannya, memang panggung resmi Anies telah “dirobohkan” bahkan mungkin “dibakar” tetapi lawan politik dan juga analis cacat metodologis dan logika, tidak menyadari bahwa Anies bisa bikin panggung sendiri tanpa harus berteriak: kerja, kerja, kerja….
Anies dapat membangun panggung sendiri lewat “mantra”: gagasan, narasi dan aksi. Hasilnya kini panggung Anies bertebaran di pelosok Indonesia. Sambutan publik setiap kunjungan Anies tak terbendung. Mereka tidak dibayar atau diming-imingi sertifikat, doorprize sepeda motor atau material lainnya. Mereka datang dengan biaya sendiri atau urunan di antara mereka.
Panggung Anies pun tidak sebatas level domesatik tetapi juga di luar negeri. Undangan dari pemerintah negara sahabat terus berdatangan. Dan, Anies baru bisa melakukan lawatan ke beberapa negara saja seperti Singapura, Inggris dan baru saja Australia.
Anies hadir bukan untuk kampanye atau sekadar bertemu komunitas Indonesia di sana. Anies hadir dalam kapasitas sebagai intelektual dan mantan gubernur DKI Jakarta yang dinilai sukses selama lima tahun kepemimpinannya. Karena itu yang mengundang pun lembaga-lembaga kajian internasional, kampus ternama dan media kredibel.
Di antara pengundang itu banyak teman, kolega dan jaringan Anies yang disemai selama kuliah dan bekerja di Amerika Serikat serta pada saat menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta.
Saat menjadi gubernur Anies bersama Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, menjadi Pimpinan Komite Pengarah C40 Cities. Anggotanya adalah 97 kota besar dunia yang telah berkomitmen untuk mengambil langkah-langkah progresif terkait perubahan iklim.
Saat di London, Inggris, misalnya, Anies mengingatkan mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) setelah lulus kuliah tidak cepat-cepat pulang ke Indonesia. Mereka diharapkan mencari pengalaman dulu seperti bekerja profesional atau di lembaga internasional untuk membangun jaringan. Jaringan itulah yang nanti bisa bermanfaat ketika bekerja atau menjadi pejabat di Indonesia.
“Kalau cuma pulang hanya bawa ijazah untuk apa. Kuliah online saja bisa kalau hanya untuk ijazah,” kata Anies.
Visi Anies Diuji di Luar Negeri
Dari sejumlah kunjungan di luar negeri, Anies selalu menyampaikan visi Indonesia masa depan dalam kapasitas sebagai pemikir atau sebagai calon presiden dari tiga partai yang mengusungnya (Nasdem, Demokrat dan PKS). Namun, dari semua kunjungan itu yang paling komprehensif saat Anies berkunjung ke Australia.
Panggung Anies di Negeri Kanguru tidak sekadar diskusi tetapi sudah pada level fit and proper test atau uji kelayakan dan kepatutan capres Pemilu 2024.
Anies tidak hanya berdialog tetapi juga didebat dan dikritisi. Bahkan saat wawancara dengan jaringan televisi nasional ABC, Anies awalnya hanya dundang untuk wawancara biasa. Tetapi justru di sanalah Anies “dijebak” dengan pertanyaan kontroversial dan kritis misalnya soal islamisme dalam Pilkada 2017 dan isu kekuatan China di kawasan. Presenter senior Beverley O’Connor mencoba membenturkan Anies terkait kuatnya pengaruh China di Indonesia dan cengkeramannya dalam sejumlah proyek besar. “Apakah itu sebuah kesalahan?” tanya O’Connor.
Anies menjawabnya elegan dan diplomatis. “…kita harus tetap menjaga hubungan baik dengan China di sisi lain kita juga berhubungan dengan Amerika Serikat serta pemain besar lainnya…. Selama 50 tahun kawasan Asia Tenggara adalah kawasan yang damai dan itu harus dipertahankan,” kata Anies.