Sebaliknya, pendekatan “micro questions” mendorong diskusi dan partisipasi aktif dari semua pihak yang terlibat. Ketika seorang pemimpin menghadapi suatu masalah, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi siapa saja stakeholders yang relevan.
Dengan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan, akan tercipta suasana kerja yang lebih inklusif dan demokratis.
Sebagai contoh, ketika menghadapi situasi krisis seperti banjir akibat hujan deras atau kebakaran hutan di lahan gambut, seorang pemimpin harus memastikan adanya Key Performance Indicators (KPI) yang jelas dalam penanganannya.
KPI ini akan menjadi tolok ukur keberhasilan dan memastikan bahwa semua pihak bergerak dengan tujuan yang sama. Dengan adanya KPI, maka solusi yang diterapkan tidak hanya bersifat reaktif, tetapi juga strategis dan terukur.
Dalam kepemimpinannya, Anies juga menekankan pentingnya teknokrasi, yaitu proses pengambilan keputusan berbasis keahlian dan data.
Ia mengakui bahwa dirinya tidak memiliki pengalaman khusus dalam menangani kebakaran hutan, tetapi ia memahami bahwa kebijakan yang baik harus melibatkan para ahli yang memiliki kompetensi di bidangnya.
Dalam praktiknya, teknokrasi berarti pemimpin harus memastikan bahwa kebijakan yang diambil didasarkan pada analisis yang mendalam dan melibatkan sumber daya yang tepat.
Oleh karena itu, Anies menegaskan bahwa proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara sistematis, dengan menyusun kebijakan yang berbasis data serta merancang strategi implementasi yang efektif.
Pendekatan kepemimpinan yang diterapkan oleh Anies Baswedan menekankan pentingnya memberdayakan bawahan melalui “micro questions” daripada menerapkan “micromanagement”.
Dengan lebih banyak bertanya daripada memberi instruksi secara langsung, pemimpin dapat mendorong partisipasi aktif dari tim dan memastikan bahwa solusi yang diambil berdasarkan pertimbangan yang matang.
Dalam menghadapi tantangan kompleks, seperti polusi dan kebakaran hutan, pemimpin harus melibatkan berbagai stakeholders dan menggunakan pendekatan teknokratis untuk memastikan kebijakan yang diterapkan benar-benar efektif.
Dengan demikian, kepemimpinan yang berbasis pertanyaan dan partisipasi akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, inovatif, dan inklusif. []