BARISAN.CO – Pengamat Ekonomi dari Political Economy and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan, mengatakan terkait penanganan pandemi Covid-19 yang telah mengeluarkan banyak biaya, namun Indonesia masih juara dunia dalam angka korban terpapar.
“Itu karena tidak dituntaskannya lebih dulu masalah pandemi namun lebih memilih memikirkan masalah perekonomian, sehingga anggaran biaya penanganan pandemi yang telah dikeluarakan menjadi mubazir,” teganya dalam Webinar INDEF dan Forum Guru Besar dan Doktor Insan Cinta, Minggu (1/8/2021).
Menurut Anthony Budiawan terdapat beberapa hal yang petut perhatian dalam penanganan krisis ekonomi dan krisis pandemi Covid-19 sekarang. Seperti pengelolaan APBN dan Utang, penanganan Covid-19 yang banyak mengeluarkan biyaya dan pada APBN 2022 dan 2033 terdapat laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) yang tidak sama dengan APBN.
Anthony menambahkan saat ini Indonesia telah masuk pada tahap krisis APBN. Karenanya tempo hari pemerintah mencoba menaikkan pajak. Jika pajak tidak dinaikkan khsusunya PPN maka diperkirakan akan terjadi collapse keuangan dan defisit akan terus meningkat.
Begitu juga Ekonom INDEF, Didik J Rachbini mengatakan bahwa memburuknya kinerja APBN dan defisit serta berlanjutnya pandemi lebih diakibatkan pada kepemimpinan yang lemah dan absennya dimensi rasionalitas dan teknorasi yang semakin tidak profesional akibat terlalu banyaknya pihak yang berkepentingan dengan alokasi anggaran APBN untuk penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi.
Anthony menyampaikan APBN yang tercatat mengalami kenaikan sebenarnya ditunjang oleh kenaikan harga komoditas. Kapan harga komoditas turun tergantung dari kebijakan quantitative easing Amerika Serikat yang diperkirakan sebentar lagi akan berlaku dan akan membuat harga komoditas kembali jatuh.
“APBN Indonesia akan mengalami krisis yang semakin dalam,” lanjutnya.