Scroll untuk baca artikel
Analisis Awalil Rizky

APBN Akan Tetap Defisit, Meski Alami Surplus Semester I-2022

Redaksi
×

APBN Akan Tetap Defisit, Meski Alami Surplus Semester I-2022

Sebarkan artikel ini

REALISASI APBN tahun 2022 telah berjalan selama satu semester. Pendapatan Negara mencapai Rp1.317,19 trilyun. Lebih besar dibanding Belanja Negara yang sebesar Rp1.243,60 trilyun. Dengan demikian dialami surplus sebesar Rp73,59 trilyun.

Kondisi surplus nyaris tidak pernah dialami selama belasan tahun terakhir. Apakah kinerja APBN memang menjadi sangat membaik, ataukah ada beberapa catatan atasnya?

Publikasi resmi dari Pemerintah tentang realisasi umumnya menyandingkannya dengan data alokasi. Dicantumkan pula persentasenya. Dalam hal kinerja satu semester I-2022 tidak disandingkan dengan APBN tahun 2022 yang ditetapkan oleh Undang-Undang No.6/2021. Melainkan dengan Peraturan Presiden No.98/2022.

Perlu diketahui APBN tiap tahun ditetapkan dalam UU, kemudian dirinci lebih lanjut dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) yang ditetapkan melalui Perpres. Jika ada perubahan yang signikan biasanya disusun APBN Perubahan, yang juga ditetapkan melalui UU. Namun, selama era pandemi covid-19, cukup diatur melalui perpres saja.

Perpres No.98/2022 tertanggal 27 Juni 2022 antara lain menetapkan kenaikan target Pendapatan Negara sebesar 22,75%, dari Rp1.846 trilyun menjadi Rp2.266 trilyun. Sedangkan Belanja Negara direncanakan bertambah sebesar 14,45%, dari Rp2.714 trilyun menjadi Rp3.106 trilyun. Dengan demikian, defisit anggaran ditargetkan berkurang dari Rp868 trilyun menjadi Rp840 trilyun.

Selama satu semester pertama tahun 2022, realisasi dapat dibanding alokasi yang ditetapkan Perpres 98. Dilaporkan bahwa pendapatan mencapai 58,1%, dan belanja hanya sebesar 40,0%.

Hal demikian bisa dimaklumi, mengingat Perpres ditetapkan tanggal 27 Juni. Basis data dan proyeksi perhitungan perubahan hanya sampai sekitar awal dan pertengahan Juni. Realisasi satu semester dari Pendapatan bersifat riil, akibat beberapa faktor yang menguntungkan. Sedangkan tambahan belanja masih berupa rencana baru yang akan direalisasi pada semester dua.

Kondisi demikian terkonfirmasi dari besaran outlook yang merupakan prakiraan pemerintah sendiri hingga akhir tahun. Outlook menargetkan pendapatan yang bahkan lebih besar dari Perpres 98, yaitu sebesar Rp2.437 trilyun. Sedangkan Belanja relatif setara, yakni sebesar Rp3.169 trilyun.

Defisit diyakini masih akan menurun lagi dibanding target Perpres, yakni menjadi sebesar Rp732 trilyun. Namun perlu diingat bahwa nilai itu tetap merupakan defisit yang terbilang besar, dengan rasio atas PDB sekitar 3,92%. Rasio tersebut masih melampaui batas yang diperbolehkan UU dalam kondisi normal.  

Analisis APBN atas beberapa numenklatur atau item yang mengindikasikan kondisi perekonomian riil akan lebih tampak pada perbandingan antara APBN 2022 dengan outlook. Sekali lagi, outlook adalah prakiraan realisasi sampai dengan akhir tahun hasil perhitungan pemerintah sendiri. Dasar utamanya data realisasi satu semester dan prognose semester dua.

Dalam hal pendapatan, yang diproyeksikan meningkat luar biasa terutama dari Pajak Penghasilan, bea keluar, dan penerimaan sumber daya alam. Ketiganya terkait erat dengan melonjaknya harga migas, minyak sawit, dan batubara.

Pendapatan Pajak Penghasilan yang semula ditargetkan APBN 2022 sebesar Rp1.469 trilyun, diubah menjadi Rp1.705 trilyun dalam Perpres 98. Outlook masih menargetkan kenaikan hingga mencapai Rp1.832 trilyun atau 125% dari target semula. Dalam hal pendapatan bea keluar (ekspor) sebesar 827%, dan penerimaan SDA sebesar 179%.

Dalam hal Belanja Negara, outlook memproyeksikan realisasi atas Belanja Pemerintah Pusat (BPP) sebesar Rp2.370 trilyun. Merupakan 122% dari yang ditetapkan APBN 2022. Sedangkan, Transfer ke Daerah hanya sebesar 104%, dan Dana Desa hanya sesuai target awalnya.