Oleh karena itu, manusia modern adalah tipe manusia sakit, karena ia kehilang dimensi cinta dalam kehidupannya. Corak individualistisnya yang teramat kuat membuat manusia modern kehilangan ikatan-ikatan cinta mendalam antar sesama.
Pada cinta yang muncul dari dalam (inner), rasa ‘berarti’ seperti kata Fromm, justru pada kehendak ‘memberi’. Bukan ‘mengambil’ atau ‘memiliki’. Memberi itu termanifestasi pada dedikasi, totalitas, produktifitas, ‘memberi yang terbaik’, berkarya, beremphati, hubungan kehangatan, suasana keguyuban dll.
Mekarnya cinta dari ‘dalam’ ini membuat manusia ‘menjadi’ (to be). Ia merasa ‘ada’, ‘tumbuh’ dan eksis. Manusia ‘ada’, sebagaimana kata Viktor Frankl (Logo therapy), karena ia merasa ‘bermakna’. Kebahagiaan selalu berada dalam atmosfir makna. Bahagia pada posisi ini bukan sesuatu yang berjarak, apalagi dikejauhan. Dalam kehidupan bermakna, disitulah letak ‘ada’ dan bahagia menyatu. [rif]