Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Belajar dari Film Sex/Life, Apakah Kita Sepenuhnya Monogami?

Redaksi
×

Belajar dari Film Sex/Life, Apakah Kita Sepenuhnya Monogami?

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Memiliki pasangan yang baik merupakan impian jutaan umat manusia. Namun, kenyataannya itu bukan satu-satunya kunci kebahagiaan dalam pernikahan. Seperti itulah sekilas gambaran serial Netflix berjudul Sex/Life yang dibintangi oleh Sarah Shahi (Billie Connelly), Adam Demos (Brad Simon), dan Mike Vogel (Cooper Connelly).

Serial ini mengisahkan tentang Billie yang telah menikah dengan Cooper dan memiliki dua orang anak. Dalam perjalanannya, Billie mengalami kejenuhan dalam hubungan seks, ia pun mengenang Brad yang merupakan mantan pacarnya, serta menuliskannya di jurnal.

Apa yang dilakukan Billie menjadi bagian dari perselingkuhan. Sebab, selingkuh bukan saja tentang hubungan seks, namun juga mengingat seseorang bahkan menjadikannya sebagai fantasi.

Tanpa diketahui, Cooper membaca jurnal tersebut. Kemarahan pun memuncak. Bagaimana pun perempuan yang telah dinikahinya bertahun-tahun masih mengenang mantannya apalagi tentang panasnya hubungan intim yang dilakukan oleh mereka bersama.

Meski begitu, Cooper berusaha untuk menahannya. Ia pun berupaya menyenangkan Billie dengan pola seks yang disebutkan oleh Billie dalam jurnalnya. Sayangnya, itu tidak berhasil. Karena seks adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan alami.

Rasa frustasi pun muncul. Sebagai perempuan, Billie merasa malu jika harus mengatakan keinginannya secara terang-terangan tentang cara memuaskan hasrat seksnya. Begitu pun dengan Cooper yang beberapa kali mengalami ejakulasi dini karena tidak dapat membendung spermanya lebih lama.

Munculnya Brad dalam kehidupan mereka menjadi prahara rumah tangga yang tidak dapat dihindari. Billie memang begitu mencintai Cooper bahkan ia tak ingin kehilangannya, namun Brad adalah laki-laki yang dapat memuaskan nafsu seksualnya.

Sasha Show (Margaret Odette) menyarankan Billie untuk konseling bersama suaminya. Akan tetapi, Cooper menolak karena menganggap masalah yang terjadi dapat diatasi oleh mereka berdua.

Dalam sebuah artiket Smart Sex Resource disebutkan pasangan yang mempraktikkan hubungan monogami kemungkinan memiliki perbedaan hasrat dan kebutuhan seksual maupun emosional. Beberapa orang mungkin bisa terbuka dengan pasangannya, khususnya yang telah menikah untuk mengutarakan keinginannya dalam hubungan seksual. Namun, banyak perempuan yang merasa tabu dan khawatir, jika hal itu dilakukan malah akan membuat pasangannya meninggalkan mereka.

Begitu pun dengan yang dialami oleh Billie. Situasi ini justru menjadi bencana bagi keduanya. Cooper merasa Billie masih memiliki rasa terhadap Brad. Coooper juga merasa telah gagal menjadi laki-laki – tak bisa memenuhi kebutuhan seksual istrinya sehingga membuat Billie membayangkan Brad.

Psikiater di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan profesor psikiatri di Harvard Medical School, Robert Waldinger mengemukakan bahwa pernikahan yang bahagia akan memengaruhi kokohnya kesehatan masyarakat. Robert mengatakan selain merawat tubuh, merawat hubungan juga penting karena merupakan bentuk perawatan diri sendiri.  

Ikatan pernikahan yang sehat juga mencegah gangguan kesehatan mental dan fisik, serta bisa membuat hidup menjadi lebih baik dan bahagia.

Seks masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Beberapa pasangan ada yang bersikap untuk tidak serakah karena hasrat seksualnya tidak terpenuhi dan mengikhlaskannya. Namun yang lainnya, terdorong untuk berselingkuh, bahkan “jajan” di luar dengan sembarangan. Akibatnya, seseorang yang berselingkuh berpeluang menularkan penyakit kepada pasangan sahnya.

Di dunia ini, tidak semua hal dapat terpenuhi. Jika memang masih dapat diatasi, tidak ada alasan bagi orang untuk berselingkuh. Selain merugikan diri sendiri, menyakiti orang lain, itu juga dapat menghancurkan masa depan seperti yang dialami oleh pasangan suami istri di serial Sex/Life tersebut. (YSN)