Namun, perlu diingat bahwa budaya malu juga bisa memiliki sisi negatif, terutama jika berlebihan dan membatasi kebebasan individu atau hak asasi manusia. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan antara menghargai nilai budaya dan memastikan bahwa hak-hak individu tetap dihormati.
Budaya malu dalam Islam
Budaya malu dalam Islam telah disebutkan sebagaimana hadits di atas, jika engkau tidak malu maka berbuatlah sesukamu. Hal ini menunjukan betapa pentingknya menjaga sikap malu dalam ajaran agama Islam. Selain hadits di atas, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
اْلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُوْنَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّوْنَ شُعْبَةً، فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ، وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ َاْلإِيْمَانُ.
Artinya: ”Iman itu lebih dari 70 (tujuh puluh) atau 60 (enam puluh) cabang, cabang iman yang tertinggi adalah mengucapkan ‘La ilaha illallah’, dan cabang iman terendah adalah membuang gangguan (duri) dari jalan, dan rasa malu merupakan cabang dari iman.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Sungguh seseorang hamba yang memiliki rasa malu diibaratkan permata yang tersimpan pada bejana yang bening. Jika ia memakai perhiasan malu tersebut akan tampak indah, melebihi perhiasan dunia baik itu intan maupun permata.
Islam adalah agama akhlak, sebagaimana Rasulullah Saw juga diutus untuk menjadi suri teladan yang baik karena pada diri Rasul akhlak yang baik. Adapun dalil bahwasanya rasa malu adalah inti dari akhlak dalam agama Islam, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ دِيْنٍ خُلُقًا وَخَلُقُ اْلإِسْلاَمِ الْـحَيَاءُ.
Artinya: “Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”
Sikap malu atau haya’ sangat penting dan berarti, merupakan perilaku yang baik, ia menjadi tanda bagi keimanan seseorang. Selain itu Allah Swt sangat mencintah orang yang memiliki sikap malu, Rasulullah Saw bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ حَيِيٌّ سِتِّيْرٌ يُـحِبُّ الْـحَيَاءَ وَالسِّتْرَ ، فَإِذَا اغْتَسَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَتِرْ.
Artinya: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Pemalu, Maha Menutupi, Dia mencintai rasa malu dan ketertutupan. Apabila salah seorang dari kalian mandi, maka hendaklah dia menutup diri.” (HR. Baihaqi).
Barangsiapa memiliki rasa malu dan menjaga sikap tersebut, ia akan ditempatkan di Surga sebab malu adalah bagian dari iman. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:
اَلْـحَيَاءُ مِنَ اْلإِيْمَانِ وَ َاْلإِيْمَانُ فِـي الْـجَنَّةِ ، وَالْبَذَاءُ مِنَ الْـجَفَاءِ وَالْـجَفَاءُ فِـي النَّارِ.
Artinya: “Malu adalah bagian dari iman, sedang iman tempatnya di Surga dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di Neraka.” (HR. Ahmad).